Jumat, 02 November 2018

TEORI PUISI

PUISI
Puisi dalam Bahasa Yunani kuno: ποιέω/ποι (poiéo/poió) = I create) adalah berarti seni tertulis di mana bahasa digunakan untuk kualitas estetiknya untuk tambahan, atau selain arti semantiknya. Maka, Puisi adalah bentuk karangan yang terikat oleh rima, ritma, ataupun jumlah baris serta ditandai oleh bahasa yang padat.
Penekanan pada segi estetik suatu bahasa dan penggunaan sengaja suatu pengulangan, meter dan rima adalah pembeda dari prosa.. Sebagian ahli memiliki pendekatan dengan mendefinisikan puisi tidak sebagai jenis literatur tapi sebagai perwujudan imajinasi manusia, yang menjadi sumber segala kreativitas. Menurut zamannya, puisi dibedakan atas puisi lama danpuisi baru.

Pengertian Puisi menurut beberapa sumber:
1.      Menurut Kamus Istilah Sastra (Sudjiman, 1984), puisi merupakan ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait.
2.      Watt-Dunton (Situmorang, 1980:9) mengatakan bahwa puisi adalah ekpresi yang kongkret dan yang bersifat artistik dari pikiran manusia dalam bahasa emosional dan berirama.
3.      Carlyle mengemukakan bahwa puisi adalah pemikiran yang bersifat musikal, kata-katanya disusun sedemikian rupa, sehingga menonjolkan rangkaian bunyi yang merdu seperti musik.
4.      Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah.
5.      Ralph Waldo Emerson (Situmorang, 1980:8) mengatakan bahwa puisi mengajarkan sebanyak mungkin dengan kata-kata sesedikit mungkin.
6.      Putu Arya Tirtawirya (1980:9) mengatakan bahwa puisi merupakan ungkapan secara implisit dan samar, dengan  makna  yang tersirat,  di mana kata-katanya condong pada makna konotatif.
7.      Herman J. Waluyo mendefinisikan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya.
8.      Ada juga yang mengatakan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang mengekspresikan secara padat pemikiran dan perasaan penyairnya, diubah dalam wujud dan bahasa yang paling berkesan.


Unsur-unsur puisi:
Adapun secara lebih detail, unsur-unsur puisi bisa dibedakan menjadi dua struktur, yaitu struktur batin dan struktur fisik.

A.      Struktur batin puisi, atau sering pula disebut sebagai hakikat puisi, meliputi hal-hal sebagai berikut.
(1)   Tema/makna (sense)media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.
(2)   Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan  yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyair memilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.
(3)   Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.
(4)   Amanat/tujuan/maksud (intention); sadar maupun tidak, ada tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa dicari  sebelum penyair menciptakan puisi, maupun dapat ditemui dalam puisinya.


B.      Sedangkan struktur fisik puisi, atau terkadang disebut pula metode puisi, adalah sarana-sarana yang digunakan oleh penyair untuk mengungkapkan hakikat puisi. Struktur fisik puisi meliputi hal-hal sebagai berikut.
(1)   Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat  menentukan  pemaknaan  terhadap puisi.
(2)   Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.
(3)   Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat  mengungkapkan  pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan.
Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil).
    Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair.
(4)   Kata kongkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yangmemungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan ataulambang. Misal kata kongkret “salju: melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll, sedangkan kata kongkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dll.
(5)   Bahasa figuratif, yaitu bahasa berkias yang dapat  menghidupkan/ meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu (Soedjito, 1986:128).
    Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna (Waluyo, 1987:83).
    Bahasa figuratif disebut juga majas. Adapaun macam-amcam majas antara lain metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga paradoks.
(6)   Versifikasi, yaitu menyangkut rima, ritme,  dan metrum.  Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi.
    Rima mencakup
    (1) onomatope (tiruan terhadap bunyi, misal /ng/ yang memberikan efek magis pada puisi (Sutadji C.B.), 
    (2) bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi [kata], dan sebagainya [Waluyo, 187:92]), dan 
    (3) pengulangan kata/ungkapanRitma adalah tinggi rendahpanjang pendekkeras lemahnya bunyi. Ritma sangat menonjol dalam pembacaan puisi.


PUISI BARU
Puisi Lama dan Puisi Baru memiliki perbedaan-perbedaan mendasar. Puisi Baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima.

1. Ciri-ciri Puisi Baru
a)      Bentuknya rapi, simetris;
b)      Mempunyai persajakan akhir (yang teratur);
c)      Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair meskipun  
         ada pola yang lain;
d)      Sebagian besar puisi empat seuntai;
e)      Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis)
f)       Tiap gatranya terdiri atas dua kata (sebagian besar) : 4-5 suku
         kata.



2. Jenis-jenis Puisi Baru
Menurut isinya, puisi dibedakan atas :
a)  Balada adalah puisi berisi kisah/cerita.
Ciri-ciri
Terdiri dari 3 (tiga) bait, masing-masing dengan 8 (delapan) larik  dengan skema rima a-b-a-b-b-c-c-b. Kemudian skema rima berubah menjadi a-b-a-b-b-c-b-cLarik terakhir dalam bait pertama digunakan sebagai refren dalam bait-bait berikutnya.

Contoh:
Balada Ibu yang dibunuh
Karya: W.S. Rendra

Ibu musang di lindung pohon tua meliang
Bayinya dua ditinggal mati lakinya.

Bualan sabit terkait malam memberita datangnya
Waktu makan bayi-bayinya mungil sayang.

Matanya berkata pamitan, bertolaklah ia
Dirasukinya dusun-dusun, semak-semak, taruhan harian atas nyawa.

Burung kolik menyanyikan berita panas dendam warga desa
Menggetari ujung bulu-bulunya tapi dikibaskannya juga.

Membubung juga nyanyi kolik sampai mati tiba-tiba
Oleh lengking pekik yang lebih menggigitkan pucuk-pucuk daun
Tertangkap musang betina dibunuh esok harinya.

Tiada pulang ia yang mesti rampas rejeki hariannya
Ibu yang baik, matinya baik, pada bangkainya gugur pula dedaun tua.

Tiada tahu akan meraplah kolik meratap juga
Dan bayi-bayinya bertanya akan bunda pada angin tenggara

Lalu satu ketika di pohon tua meliang
Matilah anak-anak musang, mati dua-duanya.

Dan jalannya semua peristiwa
Tanpa dukungan satu dosa, tanpa.

b)      Himne adalah puisi pujaan untuk Tuhantanah air, atau pahlawan.
Ciri-ciri
lagu pujian untuk menghormati seorang dewa, Tuhan, seorang pahlawan, tanah air, atau almamater (Pemandu di Dunia Sastra). Sekarang ini, pengertian himne menjadi berkembang. Himne diartikan sebagai puisi yang dinyanyikan, berisi pujian terhadap sesuatu yang dihormati (guru, pahlawan, dewa, Tuhan) yang bernapaskan ketuhanan.

Contoh:
Bahkan batu-batu yang keras dan bisu
Mengagungkan nama-Mu dengan cara sendiri
Menggeliat derita pada lekuk dan liku
bawah sayatan khianat dan dusta.
Dengan hikmat selalu kupandang patung-Mu
menitikkan darah dari tangan dan kaki
dari mahkota duri dan membulan paku
Yang dikarati oleh dosa manusia.
Tanpa luka-luka yang lebar terbuka
dunia kehilangan sumber kasih
Besarlah mereka yang dalam nestapa
mengenal-Mu tersalib di datam hati.
(Saini S.K)

c)      Ode adalah puisi sanjungan untuk orang yang berjasa.
Ciri-ciri
Nada dan gayanya sangat resmi (metrumnya ketat), bernada anggunmembahas sesuatu yang mulia, bersifat menyanjung baik terhadap pribadi tertentu atau peristiwa umum.

Contoh:
Generasi Sekarang
Di atas puncak gunung fantasi
Berdiri aku, dan dari sana
Mandang ke bawah, ke tempat berjuang
Generasi sekarang di panjang masa
Menciptakan kemegahan baru
Pantoen keindahan Indonesia
Yang jadi kenang-kenangan
Pada zaman dalam dunia
(Asmara Hadi)

d)      Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup.
Epigram berasal dari Bahasa Yunani epigramma yang berarti unsur pengajaran; didaktik; nasihat membawa ke arah kebenaran untuk dijadikan pedoman, ikhtibar; ada teladan.
Contoh:
Hari ini tak ada tempat berdiri
Sikap lamban berarti mati
Siapa yang bergerak, merekalah yang di depan
Yang menunggu sejenak sekalipun pasti tergilas.
(Iqbal)

e)      Romance adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih.
Berasal dari bahasa Perancis Romantique  yang berarti keindahan perasaan; persoalan kasih sayang, rindu dendam, serta kasih mesra.

Contoh:

Cinta
Karya: Kahlil Gibran
Sejak kehadiranmu hingga kini
Ruang hatiku beraroma wangi
Buaian bunga-bunga rindu menari
Yang kau tinggalkan di hati
Makin hari bersemi
Tanpa layu senyum ini
Tersirami cinta suci
Darimu kekasih hati
Jangan biarkan aku sendiri
Kuhanya ingin memiliki
Dirimu seutuhnya cinta sejati
Menjadi harga mati tak tertawar lagi
Andai ada pengganggu hati
Hati ini tegas menghadapi
Janganlah engkau ragu lagi
Hati ini milikmu abadi

f)       Elegi adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan.
Ciri-ciri
Berisi sajak atau lagu yang mengungkapkan rasa duka atau keluh kesah karena sedih atau rindu, terutama karena kematian/kepergian seseorang.

Contoh:
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap

g)  Satire adalah puisi yang berisi sindiran/kritik.
Berasal dari bahasa Latin Satura yang berarti sindiran; kecaman tajam terhadap sesuatu fenomena; tidak puas hati satu golongan (ke atas pemimpin yang pura-pura, rasuah, zalim)


Contoh:
Aku bertanya
tetapi pertanyaan-pertanyaanku
membentur jidad penyair-penyair salon,
yang bersajak tentang anggur dan rembulan,
sementara ketidakadilan terjadi
di sampingnya,
dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan,
termangu-mangu dl kaki dewi kesenian.
(Rendra)

PUISI BARU
Sedangkan macam-macam puisi baru dilihat dari bentuknya antara lain:
a)      Distikon, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas dua baris (puisi dua seuntai).
Ciri-ciri
1.      2 baris; sajak 2 seuntai
2.      Distikon (2 baris)
3.      Rima –  aa –  bb

Contoh:
Berkali kita gagal
Ulangi lagi dan cari akal

Berkali-kali kita jatuh
Kembali berdiri jangan mengeluh

(Or. Mandank)

b)      Terzina, puisi yang tiap baitnya terdiri atas tiga baris (puisi tiga seuntai).


Contoh:
Dalam ribaan bahagia datang
Tersenyum bagai kencana
Mengharum bagai cendana

Dalam bah’gia cinta tiba melayang
Bersinar bagai matahari
Mewarna bagaikan sari
Dari ; Madah Kelana
Karya : Sanusi Pane

c)      Kuatrain, puisi yang tiap baitnya terdiri atas empat baris (puisi empat seuntai).
Ciri-ciri
1.      Quatrain (Perancis: 4 baris)
2.      Pada asalnya ada 4 rangkap
3.      Dipelopori di Malaysia oleh Mahsuri S.N.

Contoh:
Mendatang-datang jua
Kenangan masa lampau
Menghilang muncul jua
Yang dulu sinau silau

Membayang rupa jua
Adi kanda lama lalu
Membuat hati jua
Layu lipu rindu-sendu
(A.M. Daeng Myala)

d)      Kuint, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas lima baris (puisi lima seuntai).
Ciri-ciri
Pada asalnya, rima Quint adalah /aaaaa/ tetapi kini 5 baris dalam serangkap diterima umum sebagai Quint (perubahan ini dikatakan berpunca dari kesukaran penyair untuk membina rima/aaaaa/.

Contoh:
Hanya Kepada Tuan
Satu-satu perasaan
Hanya dapat saya katakan
Kepada tuan
Yang pernah merasakan

Satu-satu kegelisahan
Yang saya serahkan
Hanya dapat saya kisahkan
Kepada tuan
Yang pernah diresah gelisahkan

Satu-satu kenyataan
Yang bisa dirasakan
Hanya dapat saya nyatakan
Kepada tuan
Yang enggan menerima kenyataan
(Or. Mandank)

e)      Sektet, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas enam baris (puisi enam seuntai).
Ciri-ciri
1.      sextet (latin: 6 baris)
2.      Dikenali sebagai ‘terzina ganda dua’
3.      Rima akhir bebas

Contoh:
Merindu Bagia
Jika hari’lah tengah malam
Angin berhenti dari bernafas
Sukma jiwaku rasa tenggelam
Dalam laut tidak terwatas
Menangis hati diiris sedih
(Ipih)
f)       Septime, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas tujuh baris (tujuh seuntai).
Ciri-ciri
1.      septime (Latin: 7 baris)
2.      Rima akhir bebas
        
Contoh:
Indonesia Tumpah Darahku
Duduk di pantai tanah yang permai
Tempat gelombang pecah berderai
Berbuih putih di pasir terderai
Tampaklah pulau di lautan hijau
Gunung gemunung bagus rupanya
Ditimpah air mulia tampaknya
Tumpah darahku Indonesia namanya
(Muhammad Yamin)

g)      Oktaf/Stanza, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas delapan baris (double kutrain atau puisi delapan seuntai).
Ciri-ciri
1.      Oktaf (Latin: 8 baris)
2.      Dikenali sebagai ‘double Quatrain’

Contoh:
Awan
Awan datang melayang perlahan
Serasa bermimpi, serasa berangan
Bertambah lama, lupa di diri
Bertambah halus akhirnya seri
Dan bentuk menjadi hilang
Dalam langit biru gemilang
Demikian jiwaku lenyap sekarang
Dalam kehidupan teguh tenang
(Sanusi Pane)

h)      Soneta, adalah puisi yang bersuara.
Ciri-ciri
1.      Terdiri atas 14 baris
2.      Terdiri atas 4 bait, yang terdiri atas 2 quatrain dan 2 terzina
3.      Dua quatrain merupakan sampiran dan merupakan satu kesatuan   
         yang disebut octav.
4.      Dua terzina merupakan isi dan merupakan satu kesatuan yang  
         disebut isi yang disebut sextet.
5.      Bagian sampiran biasanya berupa gambaran alam
6.      Sextet berisi curahan atau jawaban atau kesimpulan daripada apa       
         yang dilukiskan dalam ocvtav, jadi sifatnya subyektif.
7.      Peralihan dari octav ke sextet disebut volta
8.      Penambahan baris pada soneta disebut koda.
9.      Jumlah suku kata dalam tiap-tiap baris biasanya antara 9 – 14 suku
        kata
10.  Rima akhir adalah a – b – b – a, a – b – b – a, c – d – c, d – c – d.

Soneta berasal dari kata sonneto (Bahasa Italia) perubahan dari kata sono yang berarti suara. Jadi soneta adalah puisi yang bersuara. Di Indonesia, soneta masuk dari negeri Belanda diperkenalkan oleh Muhammad Yamin dan Roestam Effendi, karena itulah mereka berdualah yang dianggap sebagai ”Pelopor/Bapak Soneta Indonesia”. Bentuk soneta Indonesia tidak lagi tunduk pada syarat-syarat soneta Italia atau Inggris, tetapi lebih mempunyai kebebasan dalam segi isi maupun rimanya. Yang menjadi pegangan adalah jumlah barisnya (empat belas baris).

Contoh:
Gembala
Perasaan siapa ta ‘kan nyala ( a )
Melihat anak berelagu dendang ( b )
Seorang saja di tengah padang ( b )
Tiada berbaju buka kepala ( a )
Beginilah nasib anak gembala ( a )
Berteduh di bawah kayu nan rindang ( b )
Semenjak pagi meninggalkan kandang ( b )
Pulang ke rumah di senja kala ( a )
Jauh sedikit sesayup sampai ( a )
Terdengar olehku bunyi serunai ( a )
Melagukan alam nan molek permai ( a )
Wahai gembala di segara hijau ( c )
Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau ( c )
Maulah aku menurutkan dikau ( c )
(Muhammad Yamin)


PUISI LAMA
Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan. Aturan- aturan itu antara lain :
a)      Jumlah kata dalam 1 baris
b)      Jumlah baris dalam 1 bait
c)      Persajakan (rima)
d)      Banyak suku kata tiap baris
e)      Irama

 Ciri-ciri Puisi Lama
a)      Merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya
b)      Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan
c)      Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata maupun rima.

Jenis-jenis puisi lama
a) Mantra
Ciri-ciri:
1.      Berirama akhir abc-abcabcd-abcdabcde-abcde.
2.      Bersifat lisansakti atau magis
3.      Adanya perulangan
4.      Metafora merupakan unsur penting
5.      Bersifat esoferik (bahasa khusus antara pembicara dan lawan    
         bicara) dan misterius
6.      Lebih bebas dibanding puisi rakyat lainnya dalam hal suku kata,
         baris dan persajakan.


Contoh:
Assalammu’alaikum putri satulung besar
Yang beralun berilir simayang
Mari kecil, kemari
Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap gading
Akan membasuh mukamu

b) Pantun
Ciri – ciri :
1.      Setiap bait terdiri 4 baris
2.      Baris dan sebagai sampiran
3.      Baris dan merupakan isi
4.      Bersajak a – b – a – b
5.      Setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata
6.      Berasal dari Melayu (Indonesia)

Contoh:
Kalau ada sumur di ladang
Boleh kita menumpang mandi
Kalau ada umur yang panjang
Boleh kita berjumpa lagi



MACAM-MACAM PANTUN

1. DILIHAT DARI BENTUKNYA

a. 
PANTUN BIASA
Pantun biasa sering juga disebut 
pantun saja.

Contoh :
Kalau ada jarum patah
Jangan dimasukkan ke dalam peti
Kalau ada kataku yang salah
Jangan dimasukan ke dalam hati

2. 
SELOKA (PANTUN BERKAIT)
Seloka adalah 
pantun berkait yang tidak cukup dengan satu bait saja sebab pantun berkait merupakan jalinan atas beberapa bait.

CIRI-CIRI SELOKA:
a. Baris kedua dan keempat pada bait pertama dipakai sebagai baris pertama dan ketiga bait kedua.
b. Baris kedua dan keempat pada bait kedua dipakai sebagai baris pertama dan ketiga bait ketiga
c. Dan seterusnya

Contoh :
Lurus jalan ke Payakumbuh,
Kayu jati bertimbal jalan
Di mana hati tak kan rusuh,
Ibu mati bapak berjalan
Kayu jati bertimbal jalan,
Turun angin patahlah dahan
Ibu mati bapak berjalan,
Ke mana untung diserahkan

3. 
TALIBUN
Talibun adalah pantun dengan jumlah barisnya lebih dari empat baris, tetapi harus genap misalnya 6, 8, 10 dan seterusnya.
Jika satu bait berisi enam baris, susunannya tiga sampiran dan tiga isi.
Jika satiu bait berisi delapan baris, susunannya empat sampiran dan empat isi.
Jadi :
Apabila enam baris sajaknya a – b – c – a – b – c.
Bila terdiri dari delapan baris, sajaknya a – b – c – d – a – b – c – d

Contoh :
Kalau anak pergi ke pekan
Yu beli belanak pun beli sampiran
Ikan panjang beli dahulu
Kalau anak pergi berjalan
Ibu cari sanak pun cari isi
Induk semang cari dahulu

4. 
PANTUN KILAT ( KARMINA )
CIRI-CIRINYA :
a. Setiap bait terdiri dari 2 baris
b. Baris pertama merupakan sampiran
c. Baris kedua merupakan isi
d. Bersajak a – a
e. Setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata

Contoh :
Dahulu parang, sekarang besi (a)
Dahulu sayang sekarang benci (a)


2. DILIHAT DARI ISINYA

2.1. 
PANTUN ANAK-ANAK
Pantun anak adalah pantun yang berisi permainan, hal-hal menyenangkan atau menyedihkan.
Contoh :
Elok rupanya si kumbang jati
Dibawa itik pulang petang
Tidak terkata besar hati
Melihat ibu sudah datang

2.2. 
PANTUN ORANG MUDA
Pantun Muda-mudi adalah pantun yang berisi perasaan kasmaran atau rasa jatuh cinta.
Contoh :
Tanam melati di rama-rama
Ubur-ubur sampingan dua
Sehidup semati kita bersama
Satu kubur kelak berdua

2.3. 
PANTUN ORANG TUA
Pantun Nasihat atau pantun orangtua adalah pantun yang berisi nasihatagar menjadi lebih baik.
Contoh :
Asam kandis asam gelugur
Kedua asam riang-riang
Menangis mayat di pintu kubur
Teringat badan tidak sembahyang

2.4. 
PANTUN JENAKA
Pantun Jenaka adalah pantun yang berisi bahan kelakar atau hal-hal yang lucu

Contoh :
Elok rupanya pohon belimbing
Tumbuh dekat pohon mangga
Elok rupanya berbini sumbing
Biar marah tertawa juga

2.5. 
PANTUN TEKA-TEKI
Pantun teka-teki adalah pantun yang berisi pertanyaan yang meminta orang lain berpikir jawabannya.
Contoh :
Kalau puan, puan cemara
Ambil gelas di dalam peti
Kalau tuan bijak laksana
Binatang apa tanduk di kaki

c) Gurindam
Ciri-ciri gurindam
1.      Baris pertama berisikan semacam soal, masalah atau perjanjian
2.      Baris kedua berisikan jawabannya atau akibat dari masalah atau perjanjian pada baris pertama tadi.

Contoh:
Kurang pikir kurang siasat (a)
Tentu dirimu akan tersesat (a)
Barang siapa tinggalkan sembahyang ( b )
Bagai rumah tiada bertiang ( b )
Jika suami tiada berhati lurus ( c )
Istri pun kelak menjadi kurus ( c )

d) Syair
Ciri-ciri syair
1.      Terdiri dari 4 baris
2.      Berirama aaaa
3.      Keempat baris tersebut mengandung arti atau maksud penyair

Contoh:
Pada zaman dahulu kala (a)
Tersebutlah sebuah cerita (a)
Sebuah negeri yang aman sentosa (a)
Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)


Kaidah Kebahasaan Puisi Lama
Puisi lama mempunyai beberapa kaidah mutlak yang harus diikuti,yaitu:
1.      Jumlah baris atau jumlah kalimat dalam setiap baitnya.
2.      Jumlah suku kata dalam setiap kalimat.
3.      Rima atau persamaan bunyi.
4.      Irama.

Tambahan berupa contoh-contoh dari setiap jenis-jenis puisi lama dan puisi baru:
1.   Contoh Balada :

Balada Terbunuhnya Atmo Karpo

Karya: W.S. Rendra

Dengan kuku-kuku besi kuda menebah perut bumi
Bulan berkhianat gosok-gosokkan tubuhnya di pucuk-pucuk para
Mengepit kuat-kuat lutut menunggang perampok yang diburu
Surai bau keringat basah, jenawi pun telanjang

Segenap warga desa mengepung hutan itu
Dalam satu pusaran pulang balik Atmo Karpo
Mengutuki bulan betina dan nasibnya yang malang
Berpancaran bunga api, anak panah di bahu kiri

Satu demi satu yang maju terhadap darahnya
Penunggang baja dan kuda mengangkat kaki muka.

Nyawamu barang pasar, hai orang-orang bebal!
Tombakmu pucuk daun dan matiku jauh orang papa.
Majulah Joko Pandan! Di mana ia?
Majulah ia kerna padanya seorang kukandung dosa.

Anak panah empat arah dan musuh tiga silang
Atmo Karpo tegak, luka tujuh liang.

Joko Pandan! Di mana ia!
Hanya padanya seorang kukandung dosa.

Bedah perutnya atapi masih setan ia
Menggertak kuda, di tiap ayun menungging kepala

Joko Pandan! Di manakah ia!
Hanya padanya seorang kukandung dosa.

Berberita ringkik kuda muncullah Joko Pandan
Segala menyibak bagi reapnya kuda hitam
Ridla dada bagi derinya dendam yang tiba.
Pada langkah pertama keduanya sama baja.
Pada langkah ketiga rubuhlah Atmo Karpo
Panas luka-luka, terbuka daging kelopak-kelopak angsoka.

Malam bagai kedok hutan bopeng oleh luka
Pesta abulan, sorak sorai, anggur darah

Joko Pandan menegak, menjilat darah di pedang
Ia telah membunuh bapaknya.


Balada Orang-orang Tercinta
Karya: W.S. Rendra
Kita bergantian menghirup asam
Batuk dan lemas terceruk
Marah dan terbaret-baret
Cinta membuat kita bertahan dengan
secuil redup harapan

Kita berjalan terseok-seok
Mengira lelah akan hilang
di ujung terowongan yang terang
Namun cinta tidak membawa kita
memahami satu sama lain

Kadang kita merasa beruntung
Namun harusnya kita merenung
Akankah kita sampai di altar
Dengan berlari terpatah-patah
Mengapa cinta tak mengajari kita
Untuk berhenti berpura-pura?

Kita meleleh dan tergerus
Serut-serut sinar matahari
Sementara kita sudah lupa
rasanya mengalir bersama kehidupan
Melupakan hal-hal kecil
yang dulu termaafkan
Mengapa kita saling menyembunyikan
Mengapa marah dengan keadaan?
Mengapa lari ketika sesuatu membengkak jika dibiarkan?
Kita percaya pada cinta
Yang borok dan tak sederhana
Kita tertangkap jatuh terperangkap
Dalam balada orang-orang tercinta




2.    Contoh Himne

Tuhan
Dalam diam kusebut nama-Mu
Benar sungguh aku takut akan murka-Mu
Ku harap tuhan
Kan selalu sayang padaku
Karena kehendak-Mu aku ada
Ku hanya bisa
Berharap dan berdoa
Pada-Mu tuhan
Kasih sayang-Mu kuharapkan

Doa
Karya: Chairil Anwar
kepada pemeluk teguh

Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut nama-Mu

Biar susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh

caya-Mu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi

Tuhanku

aku hilang bentuk
remuk

Tuhanku

aku mengembara di negeri asing

Tuhanku di pintu-Mu
aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling

3.   Contoh Ode
Puisi untuk Guru
 Karya: Muhammad Yanuar

Engkau bagaikan cahaya
Yang menerangi jiwa
Dari segala gelap dunia
Engkau adalah setetes embun
Yang menyejukkan hati
Hati yang ditikam kebodohan
Sungguh mulia tugasmu guru
Tugas yang sangat besar
Guru engkau adalah pahlawanku
Yang tidak mengharapkan balasan
Segala yang engkau lakukan
Engkau lakukan dengan ikhlas
Guru jasamu takkan kulupa
Guru ingin kuucapkan
Terima kasih atas jasamu



4.   Contoh Epigram

Arti Hidup

Hidup adalah perjuangan
Berani menghadapi tantangan
Hadup adalah perjuangan
Bertahan dikala datang cobaan
Hidup adalah perjuangan
Maka berjuanglahh untuk hidup

5.   Contoh Romance

Arti cinta

Cinta akan terasa bahagia
Bila kita selalu bersama
Cinta tak kan indah
Bila kita jauh terpisah
Cinta akan abadi
Bila kita saling berbagi
Cinta akan sejati
Bila kita saling mengerti

6.   Contoh Elegi

 Sia-sia

Semilir angin pada senja
Bawa surat dari seberang sana
Dibaca ole si penerima
Penerima diam tampa kata
Hanya air mata
Mengalir jatuh kepipinya
Apakah gerangan isi suratnya?
Sampai berlinang air matanya
Ternyata sang kekasih diseberang
Duduk bersanding dengan seseorang
Si penerima jatuh ppingsan
Sia-sia dia dalam penantian
Semilir angin pada senja
Bawa duka, luka, derita 

7.   Contoh Satire

Gigit Jari

Lihatlah pada kami
Wakil rakyat yang dihormati
Disini kami berdiri
Menuntut janji
Kemakmuran yang kau janji kan
Jika dapat kursi dewan
Kami telah turuti
Demi janji-janji
Namun, kini
Apa yang trejadi
Jangankan janji
Ingat pun tidak pada kami
Tertipu lagi
Janji –janji bohong lagi
Terpaksa kini kami hanya menggigit jari

8.   Contoh Distikon
Merpati

Cinta itu seperti merpati
Yang terbang bebas dan tak berbatas

Kita tak tahu akan hinggap dimana?
Sebab itu sebuah misteri

Maka bila merpati telah hinggap
Pada dahan sanubari

Dan sayapnya mulai mengepakkan
Sayu-sayu asmara

Dia (merpati) pun lantas berbisik padaku
Dekatilah dia dan katakana “Akulah yang akan mengisi hidupmu.”


Tubuh...
kini berpeluh menghadap rusuh

Cinta
kini hilang tanpa dia

Tugas
kini ada tanpa bergegas

9.   Contoh Terzina
   Kepada Angin Raja Kelana
   Kau Sang Bayu, Raja Kelana
  Yang tak tahu lelah dan tak berhenti
   Bersiap diri pergi mengembara,

                                        Di sunyi senyap, di waktupagi,
                                        Kau merampas hawa panas caya,
                                        Dari rina utusan mata hari.

     Guna melepaskan tumbuhan dan bunga,
     Dari kujur pelukan malam,     
     Bau-bauan pemberian bunga,

                                        Kau sebarkan di lembah bermakam,
                                        Seperti bunga yang menyatakan
                                        Terima kasihnya, aku dengan kalam

10.               Contoh Kuatrain
   Di kakimu
                                        Aku ‘ngembara seorang diri,
                                        Badan lemah berdaya tiada.
                                        Tinggi gunung yang ku daki,
                                        Lepas mega menghadap wala.

      Berapa kali aku terhenti,
      Merebah diri melepas lelah.
     Sekali aku meninjau ke bawah,
     Takjub melihat  permai tamasya.

                                        Mana rumahku mana halaman,
                                        Mata mencari kelihatan tiada.
                                        Sekalian menyatu indah semata,             
                                        Terpaku diri memandang taman.

     Tuhanku, hati hasratkan Engkau!
    Pimpin umatmu naik ke puncak,
     Tempat mega tiada menutup,
     Dan pandangan terus menerus.

                                        Dari kakimu tinggi di sawang,
                                        Aku hendak meninjau ke bawah.
                                        Melihat bayangku hilang tenggelam,        
                                        Daif papa tengah kebesaran.

     11.               Contoh Kuint
 HANYA KEPADA TUAN
Satu-satu perasaan
Yang saya rasakan
Hanya dapat saya katakan
kepada Tuan
Yang pernah merasakan

Satu-satu kegelisahan
Yang saya rasakan
Hanya dapat saya kisahkan
kepada Tuan
Yang pernah di resah gelisahkan

Satu-satu desiran
Yang saya dengarkan
Hanya dapat saya syairkan
kepada Tuan
Yang pernah mendengarkan desiran

Satu-satu kenyataan
Yang saya didustakan
Hanya dapat saya nyatakan
kepada Tuan
Yang enggan merasakan
(Or. Mandank)

    12.               Contoh Sektet
 MENUJU KE LAUT
Kami telah meninggalkan engkau,
Tasik yang tenang tiada beriak,
Diteduhi gunung yang rimbun
Dari angin dan topan.
Sebab sekali kami terbangun
Dari mimpi yang nikmat

“Ombak ria berkejar-kejaran
Di gelanggang biru bertepi langit,
Pasir rataberulang dikecup,
Tebing curam ditantang diserang,
Dalam bergurau bersama angin,
Dalam berlomba bersama mega”.

Sejak itu jiwa gelisah.
Selalu berjuang, tiada reda.
Ketenangan lama rasa beku,
Gunung pelindung rasa pengalang.
Berontak hatihendak bebas,
Menyerang segala apa menadang.

Gemuruh berderau kami jatuh,
Terhempas berderai mutiara bercahaya.
Gegap gempita suara mengerang,
Dahsyat bahna suara menang.
Keluh dan gelak silih berganti
Pekik dan tempik sambut menyambut.

13.               Contoh Septime
   Langit
Terang cuaca langit lazuardi
Biru jernih bagai tak berisi
Meninggi jauh menurun dalam
Melawan melingkungi alam
Meskipun tak tampak tahulah kita
Langit menyimpan bintang berjuta
Bergerak dinamis bergetar senantiasa.
(Itoyo)

14.               Contoh Oktaf
Sumpah Sakti
Terdengar suara kepada kami
Melayang di atas gempar dunia
“Percaya datang zamannya nanti
Kaum marhaen jadi mulia.
Akan sama pembahagi harta,
Orang semua mendapat nasi,
Sehingga bumu jadi sentosa
Tidak tahu perbantahan lagi”.

Kami bersorak gegap gempita,
Merasa diri kuat kembali,
Mata bercaya, intan juwita,
Bagai memandang tanah dicari.
Semenjak itu kami berjuang
Penuh harapan, gagah berani.
Biar terlempar ke dalam jurang,
Teringat juga sumpah yang sakti.
(Sanusi Pane)

15.               Contoh Soneta
 Kehidupan 

Bagaikan burung terbang yang malang (a)
Hidupku terasa sendiri (b)
Mungkinkah esok hari (b)
Adakah yang menolong(a)

Hidupku memang malang (a)
Bukan berarti aku sendiri(b)
Banyak orang yang tersakiti (b)
Tetapi mereka hadapi dengan tenang(a)

memang hidup kadang menyakikan (c)
kadang juga menyenangkan (c)
Memang itulah kenyataan (c)

Yang kita harus terima (d)
Dan menhadapi dengan lapang dada (d)
Semua keadaan yang ada (d)

16.               Contoh Mantra

Mantra pengobat sakit perut
Gelang-gelang si gali-gali
malukut kepala padi
Air susu keruh asalmu jadi
aku sapa tidak berbunyi

Mantra berburu rusa
Sirih lontar pinang lontar
terletak diujung muara
Hantu buta jembalang buta
aku angkat jembalang rusa

17.               Contoh Seloka
Di pantai California berkilauan warna benua
Topan turun menjelang pagi di Monterey
Pantai dan laut berputar menghanyutkan tanah
Tanah coklat bersimbah darah kelahiranku

Milik kita hanya maut hitam mengintai
Lainnya terlepas; juga panji-panji berkibaran
Madu tumpah di pasir; mimpi dingin mengental
Kau dan aku rebah bagai bangkai laba-laba

18.               Contoh Talibun
Rumah gadang di Minangkabau
nan berukuir sembilan orang
nan bertebat di kebun bunga
cincin emas tinggalah engkau
batu permata biarlah hilang
sekarang intan sudah kupunya

Berkeris si katin muna
patah sudah bersimpai belum
tak sebuah jadi tuah
jika dilihat pusaka lama
dibangkit batang nan terendam
tlah banyak lagi yang berubah 

19.               Contoh Pantun Kilat
Sudah garahu cendana pula,
Sudah tahu bertanya pula

Jalan jalan ke trotoar,
Walau kampungan tapi pintar

20.               Contoh Pantun Anak-anak

 Lumba-lumba ikan pintar
Pandai bermain lingkaran api
Jika sudah tumbuh besar
Harus taat mami papi


Burung camar di tepi pantai
Pantai indah banyak ombaknya
Jadilah kamu anak yang pandai
Sudah pasti banyak temannya

21.               Contoh Pantun Orang muda
 Naik Motor merknya Honda
Pergi sebentar kerumah Hanapi
Bila cinta mekar di dada
Siang terkenang malam termimpi

22.               Contoh Pantun Orangtua
 Supaya tangan tidak terluka
Jangan dikepit hulunya kapak
Supaya Tuhan tidak murka
Jangan sakiti Ibu dan Bapak

23.               Contoh Pantun Jenaka
 Lebih baik warna kuning
daripada warna ungu
Lebih baik gigi kuning
daripada putih tapi palsu

Rumahmu dari kayu
Atapnya dari jerami
Rupamu sungguh ayu
Tapi sayang jarang mandi

24.               Contoh Pantun Teka-teki

 Terendak bentan lalu dibeli
Untuk pakaian saya turun kesawah
Kalaulah tuan bijak bestari
Apa binatang kepala di bawah?

Kalau tuan bawa keladi
Bawakan juga si pucuk rebung
Kalau tuan bijak bestari
Binatang apa tanduk dihidung?

25.               Contoh Gurindam
Gurindam Berkasih
Barang siapa ingin bercinta
Pastikan diri mesti setia

Barang  siapa ingin berkasih
Pastikan diri itu bersih

Barang siapa berkasih sayang
Jangan sampai jiwa melayang

Barang siapa dilamun cinta
pastikan dapat berita gembira

Apabila sedang bercinta
Cepat-cepat berumah tangga

Apabila sudah berumah tangga
Jangan  di lepas janji dan amanah 

26.               Contoh Syair
 Setelah didengar raja betari
Murka baginda tidak terperi
Pedang terhunus baginda sendiri
Permaisuri tua memegangkan diri

Seraya katanya jangan begitu
Pandangkan mata saudaramu itu
Jika dibunuh bundanya sendiri
Jadilah dinda tidak begitu


Pencitraan pada puisi

Untuk memberikan gambaran yang jelas, untuk menimbulkan suasana, untuk membuat lebih hidup dan menarik, dalam puisi penyair juga sering menggunakan gambaran angan. Gambaran angan dalam puisi ini disebut citraan (imagery)
Citraan atau pengimajian adalah gambar-gambar dalam pikiran, atau gambaran angan si penyair. Setiap gambar pikiran disebut citra atau imaji (image). Gambaran pikiran ini adalah sebuah efek dalam pikiran yang sangat menyerupai gambaran yang dihasilkan oleh penangkapan kita terhadap sebuah objek yang dapat dilihat oleh mata (indera penglihatan). Citraan tidak membuat kesan baru dalam pikiran.
Jenis/macam citraan (imaji)
1.   Citraan penglihatan (visual imegery)
Citraan penglihatan adalah citraan yang ditimbulkan oleh indera penglihatan (mata). Citraan ini paling sering digunakan oleh penyair. Citraan penglihatan mampu memberi rangsangan kepada indera penglihatan sehingga hal-hal yang tidak terlihat menjadi seolah-olah terlihat.
Contoh:
Nanar aku gila sasar
Sayang berulang padamu jua
Engkau pelik menarik ingin
Serupa dara dibalik tirai
(Amir Hamzah, Padamu Jua)

2.   Citraan pendengaran (auditory imagery)
Citraan pendengaran adalah citraan yang dihasilkan dengan menyebutkan atau menguraikan bunyi suara, misalnya dengan munculnya diksi sunyi, tembang, dendang, dentum, dan sebagainya. Citraan pendengaran berhubungan dengan kesan dan gambaran yang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga).
Contoh:
Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku
(Chairil Anwar, Sajak Putih)

3.   Citraan perabaan (tactile imagery)
Citraan perabaan adalah citraan yang dapat dirasakan oleh indera peraba (kulit). Pada saat membacakan atau mendengarkan larik-larik puisi, kita dapat menemukan diksi yang dapat dirasakan kulit, misalnya dingin, panas, lembut, kasar, dan sebagainya.
Contoh:
Kapuk randu, kapuk randu!
Selembut tudung cendawan
Kuncup-kuncup di hatiku
Pada mengembang bermerkahan
(WS Rendra, Ada Tilgram Tiba Senja)

4.   Citraan penciuman (olfactory)
Citraan penciuman adalah citraan yang berhubungan dengan kesan atau gambaran yang dihasilkan oleh indera penciuman. Citraan ini tampak saat kita membaca atau mendengar kata-kata tertentu, kita seperti mencium sesuatu.
Contoh:
Dua puluh tiga matahari
Bangkit dari pundakmu
Tubuhmu menguapkan bau tanah
(WS Rendra, Nyanyian Suto untuk Fatima)

5.   Citraan pencecapan (gustatory)
Citraan pencecapan adalah citraan yang berhubungan dengan kesan atau gambaran yang dihasilkan oleh indera pencecap. Pembaca seolah-olah mencicipi sesuatu yang menimbulkan rasa tertentu, pahit, manis, asin, pedas, enak, nikmat, dan sebagainya.
Contoh:
Dan kini ia lari kerna bini bau melati
Lezat ludahnya air kelapa
(WS Rendra, Ballada Kasan dan Patima)

6.   Citraan gerak (kinaesthetic imagery)
Citraan gerak adalah gambaran tentang sesuatu yang seolah-olah dapat bergerak. Dapat juga gambaran gerak pada umumnya.
Contoh:
Pohon-pohon cemara di kaki gunung
pohon-pohon cemara
menyerbu kampung-kampung
bulan di atasnya
menceburkan dirinya ke kolam
membasuh luka-lukanya
(Abdulhadi, Sarangan)
Selain citraan di atas, ada pula ahli sastra yang menambahkan jenis citraan lain, yaitu:
1.   Citraan perasaan
Puisi merupakan ungkapan perasaan penyair. Untuk mengungkapkan perasaannya tersebut, penyair memilih dan menggunakan kata-kata tertentu untuk menggambarkan dan mewakili perasaannya itu. Sehingga pembaca puisi dapat ikut hanyut dalam perasaan penyair.
Perasaan itu dapat berupa rasa sedih, gembira, haru, marah, cemas, kesepian, dan sebagainya.
Contoh:
Alangkah pilu siutan angin menderai
Mesti berjuang menghabiskan lagu sedih
Kala aku terpeluk dalam lengan-lenganmu
Sebab keinginan saat ini mesti tewas dekat usia
(Toto Sudarto Bachtiar, Wajah)

2.   Citraan intelektual
Citraan intelektual adalah citraan yang dihasilkan oleh/ dengan asosiasi-asosiasi intelektual.
Contoh:
Bumi ini perempuan jalang
yang menarik laki-laki jantan dan pertapa
ke rawa-rawa mesum ini
dan membunuhnya pagi hari
(Subagio Sastrowardoyo, Dewa Telah Mati)
Contoh puisi yang banyak mengandung citraan terlihat berikut ini.
DUKA CITA
Yang memucat wajahnya
merenungi kelabu dinding kamar
yang ditinggal mati penghuninya
sedang di luar
anjing terdiam
tak melihat kupu terbang
menjatuhkan madu di lidahnya
yang terasa getir
Angin tidak bekerja
ranting pohonan merunduk
menyesali daun kering yang terlepas
waktu perempuan berkerudung hitam
melangkah di atas daunan
berisik, menyayat hati burung
yang pecah telurnya
Tangan-tangan gadis
yang pucat mukanya
diam-diam meronce melati
sambil mengusap air mata
Di  ujung desa
jenazah sedang di sucikan
(Kuntowijoyo)




Pengertian Puisi Kontemporer
Secara garis besar, puisi kontemporer merupakan bentuk puisi yang berusaha lari dari ikatan konvensional puisi. Misalnya, Sutardji mulai tidak mempercayai kekuatan kata tetapi dia mulai berpaling pada eksistensi bunyi dan kekuatannya. Danarto justru memulai kekuatan garis dalam menciptakan puisi.
Puisi kontemporer tidak hanya terikat pada tema, tetapi juga terikat pada struktur fisik puisi. Berdasarkan keberadaan puisi kontemporer ini, bisa diartikan bahwa puisi kontemporer merupakan puisi yang muncul pada masa kini yang bentuk dan gayanya tidak mengikuti kaidah-kaidah puisi pada umumnya. Puisi kontemporer merupakan puisi yang lahir dalam kurun waktu tertentu yang memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan puisi lainnya. 
Puisi kontemporer juga cenderung menjadi puisi yang lebih mementingkan bentuk grafis atau fisik (bunyi) untuk mengungkapkan perasaan penyairnya. Disini si penyair merakit kata-kata sedemikian rupa untuk menimbulkan bunyi yang indah. Demi tujuan tersebut, penyair kadang-kadang membalikkan kata-kata yang berakibat mengaburkan makna.
Puisi kontemporer dipelopori oleh penyair Sutardji Calzoum Bachri. Menurut Sutardji, dalam puisi kontemporer yang dipentingkan adalah bentuk fisik (bunyi). Ia ingin mengembalikan puisi pada mantra. Dalam puisi yang ditulisnya, disajikan ulangan kata, frasa dan bunyi yang menjadi kekuatan puisinya. Puisi-puisi Sutardji diterbitkan dalam bukunya yang berjudul O, Amuk, Kapak

Tema Puisi kontemporer
§     Tema protes yang ditujukan kepada kepincangan sosial dan dampak  
        negatif dari industrialisasi. 
§     Tema humanisme yang mengemukakan kesadaran bahwa manusia
        adalah subjek pembangunan dan bukan objek pembangunan. 
§     Tema yang mengungkapkan kehidupan batin yang religius dan
        cenderung kepada mistik. 
§     Tema yang dilukiskan melalui alegori dan parabel. 
§     Tema tentang perjuangan menegakkan hak-hak azasi manusia Perupa perjuangan untuk kebebasan, persamaan hak, pemerataan,  
        dan bebas dari cengkeraman dari teknologi modern. 
§     Tema kritik sosial terhadap tindakan sewenang-wenang dari mereka   yang menyelewengkan kekuasaan dan jabatan. 

Ciri-ciri Puisi Kontemporer
Puisi bergaya mantra dengan sarana kepuitisan berupa pengulangan kata, frasa, atau kalimat. 
§     Gaya bahasa paralelisme dikombinasi dengan gaya bahasa
        hiperbola dan enumerasi dipergunakan penyair untuk memperoleh
        efek pengucapan maksimal. 
§     Tipografi puisi dieksploitasi secara sugestif dan kata-kata nonsens      dipergunakan dan diberi makna baru. 
§     Kata-kata dari bahasa daerah banyak dipergunakan untuk memberi   efek kedaerahan dan efek ekspresif. 
§     Asosiasi bunyi banyak digunakan untuk memeroleh makna baru. 
§     Banyak digunakan gaya penulisan prosais. 
§     Banyak menggunakan kata-kata tabu. 
§     Banyak ditulis puisi lugu untuk mengungkapkan gagasan secara         polos.
·         Unsur-unsur yang menonjol dalam puisi kontemporer ialah :
·         1.      unsur bunyi; yaitu penggunaan rima dan repetisi,
·         2.      unsur tipografi; yaitu susunan baris-baris atau bait-bait puisi serta cara penulisan huruf,
·         3.      unsur enjambemen; yaitu pemotongan kalimat atau frase pada akhir baris dan potongan lainnya diletakkan kembali pada baris berikutnya,
·         4.      parodi atau unsur kelakar.

Makna Puisi Kontemporer
Puisi yang baik pasti memiliki makna walaupun dalam arti yang berbeda-beda. Meski Sutardji menampilkan kata-kata tanpa makna, ia masih tetap berorientasi kepada makna dalam membawa suasana. Bagaimanapun juga puisi yang berhasil mesti mempunyai makna, dan pembaca tidaklah sia-sia jika mencoba mencari makna dalam puisi-puisi kontemporer.

Macam-macam Puisi Kontemporer
1.      Puisi Mantra
Puisi mantra dalam puisi kontemporer adalah puisi yang mengambil sifat-sifat mantra.
Sifat-sifat mantra yang dimaksudkan adalah sebagai berikut :
a.       Mantra bukanlah sesuatu yang untuk dipahami. Mantra adalah permainan bunyi dan bahasa belaka. Mantra harus dilihat dari sudut mantra itu sendiri, dari sudut dunianya sendiri. Oleh karena itu, soal pemahaman tidak penting. Yang penting adalah akibatnya belaka.
b.      Mantra adalah penghubung manusia dengan dunia misteri.
c.       Pentingnya soal efek atau akibat atau kemanjuran. Kemanjuran terletak pada perintah.
Perhatikan puisi “Shang Hai “ berikut ini !
Shang Hai
ping di atas pong
pong di atas ping
ping ping bilang pong
pong pong bilang ping
mau pong? bilang ping
mau mau bilang pong
mau ping? bilang pong
mau mau bilang ping
ya pong ya ping
ya ping ya pong
tak ya pong tak ya ping
kutak punya ping
kutak punya pong
pinggir ping kumau pong
tak tak bilang ping
pinggir pong kumau ping
tak tak bilang pong
sembilu jarakMu merancap nyaring
Sutadji Calzoum Bachri, 1973
Sifat-sifat mantra tampak dalam puisi “Shang Hai” ini, urutan katanya tampak disusun secara cermat. Unsur permainan bunyi sangat dipentingkan.
Coba Anda nikmati puisi berikut ini !
                        POT
pot apa pot  itu pot kaukah pot aku
                    pot pot pot
yang jawab   pot pot pot  pot kaukah pot itu
yang jawab   pot pot pot  pot kaukah pot aku
                    pot pot pot
    potapapotitu potkaukah potaku
                        POT
Sutardji Calzoum Bachri, 1970
Dalam puisi “Pot” urutan kata itu ditempatkan begitu rapi sehingga membentuk gambar. Maka puisi tersebut sering disebut puisi grafis karena mementingkan efek visual dari penyusunan baris puisi.
2.      Puisi Mbeling
Puisi mbeling bukan merupakan hasil karya penyair “mapan”, tetapi kehadirannya mau tak mau kita terima. Seperti yang dinyatakan Sapardi Djoko Damono “… Harus diakui bahwa puisi jenis ini telah memberikan sumbangan yang berharga bagi keanekaragaman puisi kita” (Sapardi Djoko Damono, 1981: 91)
Puisi mbeling muncul pertama kali pada majalah Aktuil yang terbit di Bandung. Majalah ini menyediakan lembaran khusus untuk menampung sajak. Oleh pengasuhnya Remy Sylado, lembaran khusus ini diberi nama “Puisi Mbeling”
Pengertian Puisi Mbeling

Adapun sikap mbeling yang esensial adalah menjalani hidup dengan jiwa kanak-kanan, yang makna dan pengertiannya tidak kekanak-kanakan, dan juga tidak kebarat-baratan. Tidak sok serius dalam menanggapi keadaan, tetapi dalam mereaksi sebuah persoalan, sarat dengan makna. Ini tidak berarti santai dan tidak berarti tidak peduli pada lingkungan hidup.

Dalam kata lain, puisi mbeling adalah semacam jeda dari “tradisi” penulisan puisi lirik indonesia, yang tentu saja dalam cara mengapresiasinya perlu semacam pisau analisis atau wacana lain, yang berbeda dengan wacana puisi lirik, simbiolisme, surrealisme, dan isme isme yang lainnya dari berbagai belahan dunia.

Latar Belakang Munculnya gerakan Puisi Mbeling

Jeihan berkata tentang gerakan puisi mbeling ini
“ sekali lagi saya tegaskan, bahwa puisi yang saya tulis pada tahun 1969 merupakan cikal bakal lahirnya gerakan puisi mbeling. Pada awal tahun 70an, rumah saya di cicadas kerap dijadikan markas para seniman Bandung yang memang berpikiran nakal-nakal. Mereka antara lain Remy Sylado, Sutardji Calzoum Bachri, Abdul Hadi WM, Sanento Yuliman dan Wing Karjo. Pada bulan Oktober 1971, kami dikejutkan oleh Rendra yang membuat perkemahan kaum urakan di pantai Parangtaritis, Yogyakarta. Untuk mereaksi gerakan tersebut, lalu kami sepakat membikin gerakan puisi mbeling. Jadi gencarnya publikasi puisi mbeling itu sendiri merupakan reaksi atas gerakan kaum urakan yang dikomandani oleh Rendra, pada 16 Oktober 1971”

Sebagai gerakan, apa yang diganyang oleh gerakan puisi mbeling sebagaimana pernah dikatakan penyair Taufiq Ismail, ternyata bukan hanya kritik terhadap puisi itu sendiri. Tetapi juga sekaligus merupakan kritik terhadap majalah sastra horison dan para penyair yang sudah mapan pada saat itu.

Apresiasi puisi-puisi mbeling Jeihan Sukmantoro

Pada bagian pertama, akan diulas bagaimana puisi mbeling Jeihan yang ditulisnya dengan menggunakan kata-kata sebagai daya ekspresi dari kegelisahan batinnya yang direaksinya secara main-main, tapi ternyata sungguh-sunguh. Sedangkan pada bagian lain adalah menikmati puisinya yang menggunakan lambang angka dan lambang huruf.

Ciri Puisi Mbeling ;
a.      Ciri utama puisi jenis ini adalah kelakar. Kata-kata dipermainkan, arti, bunyi, dan tipografi dimanfaatkan untuk mencapai efek kelakar. Sebagian besar puisi mbeling menunjukkan bahwa maksud penyair sekedar mengajak pembaca berkelakar saja, tanpa maksud lain yang disembunyikan.
b.      Mengandung kritik sosial.
c.       Kritik terhadap dominasi lama dalam perekonomian.
d.      Ejekan terhadap sikap sungguh-sungguh penyair umumnya dalam menghadapi puisi.
Taufik Ismail menyebutnya dengan puisi yang mengkritik puisi.
Perhatikan contoh puisi mbeling berikut ini !
Sajak Sikat Gigi
Seorang lupa menggosok giginya sebelum tidur
Di dalam tidurnya ia bermimpi
Ada sikat gigi menggosok-gosok mulutnya supaya
terbuka
Ketika ia bangun pagi hari
Sikat giginya tinggal sepotong
Sepotong yang hilang itu agaknya
Tersesat di dalam mimpinya dan tak bisa kembali
Dan dia berpendapat bahwa kejadian itu terlalu berlebih-lebihan
Yudhistira Ardinugraha
3.      Puisi Konkret
Puisi konkret yaitu puisi yang mementingkan bentuk grafis atau tata wajah yang disusun mirip dengan gambar. Di samping makna yang ingin disampaikan oleh penyair, ia juga ingin memperlihatkan kemanisan susunan kata-kata dari baris serta bait yang menyerupai gambar seperti segi tiga, huruf Z, kerucut piala, belah ketupat,segi empat dan lain-lain.
Puisi konkret sangat terkenal di dunia perpuisian Indonesia sejak tahun 1970-an. Sutardji Calzoum Bachri termasuk pelopor juga. Puisi-puisi Sutardji banyak yang dapat dikategorikan puisi konkret. Puisinya yang berjudul Tragedi Winka dan Sihka (bentuk zig-zag), Q (mirip sebuah bangunan ), Kucing ( segi empat) termasuk contoh puisi konkret.
Perhatikan puisi konkret Dharma Sari di bawah ini!
Drama Sebabak
a C a r a C a
                                                          o          e
                                                                w         w
                                                          o          e
                                            C o w o K  a n d K e w e k
                                               o                           o
                                                  w                     w
                                                     e                o
                                                          e           o
                                                             e     o
                                                                   K
                                                                   a
                                                                   u
                                                   O w e e e e e k
Puisi konkret yang mirip gambar piala, yang garis-garisnya diganti dengan sepuluh huruf itu cukup unik juga. Puisi itu mengedepankan sebuah acara remaja antara cowok dan cewek yang berakhir dengan saling menuduh; Kau penyebab cewek melahirkan.


4.    Puisi Tanpa Kata
Yaitu puisi yang sama sekali tidak menggunakan kata sebagai alat ekspresinya. Sebagai gantinya di gunakan titik-titik, garis, huruf, atau simbol-simbol lain.

5.    Puisi Mini Kata
Yaitu puisi kontemporer yang menggunakan kata dalam jumlah yang sangat sedikit, dilengkapi dengan symbol lain yang berupa huruf, garis, titik, atau tanda baca lain.
Contoh:
vvvvvvvvvvvvvvvvv
vvvvvvvvvvvvvvvvv
vvvvvvvvvvvvvvvvv
vvvvvvvvvvvvvvvvv
vvvvvvvvvvvvvvvvv
vvvvvvvvvvvvvvvvv
vvvvvvvvvvvvvvvvv
vvvvvvvvvvvvvvvvv
       v
! VIVA PANCASILA !(Jeihan)

6.    Puisi Multi Lingual
Yaitu Puisi kontemporer yang menggunakan kata atau kalimat dari berbagai bahasa, baik bahasa daerah maupun bahasa asing.
Contoh:
MAIN CINTA MODEL KWANG WUNG
     Om swastiastu
Kaleo o kane :     kahi, elua, ekolu !
                Ayolah kamboja terbang
                Ayolah burung berjalan
                Ayolah gelombang tidur
                Ayolah pasangan berpasangan-ayo !
                                              ayo
                                           ayo  ayo
                -aloha !
kaleo o kane :     kahi, elua, ekolu !
                 kamboja jangan berhenti jadi kamboja
                 burung jangan berhenti jadi burung
                 gelombang jangan berhenti jadi gelombang-
                            jangan ! jangan           jangan
                                               jangan
                 -mahalo !
     siang – malam, musnahlah beda kalian
     laut – darat, musnahlahh beda kalian
     laki – perempuan – musnahlah beda kalian
half Korean, half Chinese, kawaiian American maideu-satus
                 persen wong lanang jawa yogya – Indonesia.
                 m  u  s  n  a  h  l  a  h   b  e  d  a   k  a  l  i  a  n
     hoong
     iblis laknat setan bekasakan
     kanioyo temen awakku:
     -kangen srengenge mangka awan-awan
     -rindu burung padahal di tengah ranjang
     -yearning for the waves yet on the ocean(Darmanto Yatman)

7.    Puisi Tipografi
Yaitu puisi kontemporer yang memandang bentuk atau wujud fisik puisi mampu memperkuat ekspresi puisi. Bahkan wujud fisik puisi dipandangg sebagai salahh satu unsure puisi, sebagai suatu tanda yang memiliki makna tertentu, yang tidak terlepas dari keseluruhan makna puisi.
Contoh:
                     MAUT
dia diamdiam diamdiam dia dia diamdiam diamdiam dia
     diamdiam dia dia diamdiam diamdiam dia
             dia diamdiam diamdiam dia
                   dia diamdiam
                     diamdiam
                       maut(Ibrahim Sattah)

8.    Puisi Supra Kata
Yaitu puisi kontemporer yang menggunakan kata-kata konvensional yang dijungkir-balikkan atau penciptaan kata-kata baru yang belum pernah ada dalam kosakata bahasa Indonesia. Puisi macam ini lebih mementingkan aspek bunyi dan ritme, sehingga merangsang timbulnya suasana magis (cenderung sebagai puisi mantra).
Contoh:
PUISI JAMAN BAHARI
GIRISA

Ya meraja jaramaya
Ya marani niramaya
Ya silapa palasiya
Ya mirado rodamiya
Ya midosa sadomiya
Ya dayuda dayudaya
Ya siyaca cayasiya
Ya sihama mahasiya(Sides Sudyarto DS)

9.    Puisi Idiom Baru
Puisi macam ini dibedakan dengan puisi konvensional terutama oleh penggunaan idiom-idiom baru yang terdapat didalamnya. Puisi idiom baru tetap menggunakan kata sebagai alat ekspresinya, tetapi kata tersebut dibentuk dan diungkapkan dengan cara baru, diberi nyawa baru. Digunakan idiom-idiom baru yang belum pernah dijumpai sebelumnya.
Contoh:
            Jadi
tidak setiap derita
                         jadi luka
tidak setiap sepi
                         jadi duri
tidak setiap tanda
                         jadi makna
tidak setiap tanya
                         jadi ragu
tidak setiap jawab
                         jadi sebab
tidak setiap seru
                         jadi mau
tidak setiap tangan
                         jadi pegang
tidak setiap kabar
                         jadi tahu
tidak setiap luka
                         jadi kaca
                              memandang Kau
                                 pada wajahku !(Sutardji Calzoum Bachri)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar