PUISI
Puisi
dalam Bahasa Yunani kuno: ποιέω/ποιῶ (poiéo/poió) = I create) adalah berarti seni tertulis di mana bahasa digunakan untuk kualitas estetiknya untuk tambahan,
atau selain arti semantiknya. Maka, Puisi adalah bentuk karangan yang terikat oleh rima, ritma, ataupun jumlah baris serta
ditandai oleh bahasa yang padat.
Penekanan
pada segi estetik suatu bahasa dan penggunaan sengaja suatu pengulangan, meter dan rima adalah pembeda dari prosa.. Sebagian ahli memiliki pendekatan
dengan mendefinisikan puisi tidak sebagai jenis literatur tapi sebagai
perwujudan imajinasi manusia, yang menjadi sumber segala kreativitas. Menurut
zamannya, puisi dibedakan atas puisi
lama danpuisi baru.
Pengertian
Puisi menurut beberapa sumber:
1. Menurut Kamus Istilah Sastra (Sudjiman, 1984), puisi merupakan ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait.
2. Watt-Dunton (Situmorang, 1980:9) mengatakan bahwa
puisi adalah ekpresi yang kongkret dan yang bersifat artistik dari pikiran manusia dalam bahasa emosional dan berirama.
3. Carlyle mengemukakan bahwa puisi adalah
pemikiran yang bersifat musikal, kata-katanya disusun sedemikian rupa, sehingga menonjolkan rangkaian
bunyi yang merdu seperti musik.
4. Samuel Taylor Coleridge mengemukakan
puisi itu adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah.
5. Ralph Waldo Emerson (Situmorang, 1980:8) mengatakan
bahwa puisi mengajarkan sebanyak mungkin dengan kata-kata sesedikit mungkin.
6. Putu Arya Tirtawirya (1980:9) mengatakan bahwa puisi
merupakan ungkapan secara implisit dan samar, dengan makna yang tersirat, di mana kata-katanya condong pada makna konotatif.
7. Herman J. Waluyo mendefinisikan bahwa puisi adalah
bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan
mengonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengonsentrasian struktur fisik
dan struktur batinnya.
8. Ada juga yang mengatakan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang mengekspresikan secara padat pemikiran dan
perasaan penyairnya, diubah dalam wujud dan bahasa yang paling berkesan.
Unsur-unsur puisi:
Adapun secara lebih detail, unsur-unsur
puisi bisa dibedakan menjadi dua struktur, yaitu struktur batin dan struktur fisik.
A. Struktur
batin puisi, atau sering pula disebut sebagai hakikat puisi, meliputi hal-hal
sebagai berikut.
(1) Tema/makna (sense); media puisi adalah bahasa. Tataran
bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun
makna keseluruhan.
(2) Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya.
Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan
psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin,
kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan
psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam
menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyair memilih
kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak
bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang
terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.
(3) Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga
berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada
menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah,
menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap
bodoh dan rendah pembaca, dll.
(4) Amanat/tujuan/maksud (intention); sadar
maupun tidak, ada tujuan yang
mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa dicari sebelum penyair menciptakan puisi,
maupun dapat ditemui dalam puisinya.
B. Sedangkan
struktur fisik puisi, atau terkadang disebut pula metode puisi, adalah
sarana-sarana yang digunakan oleh penyair untuk mengungkapkan hakikat puisi.
Struktur fisik puisi meliputi hal-hal sebagai berikut.
(1) Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak
dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi
yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik.
Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap
puisi.
(2) Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam
puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat
mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin.
Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi,
dan urutan kata.
(3) Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang
dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan.
Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu
imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil).
Imaji
dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan merasakan
seperti apa yang dialami penyair.
(4) Kata kongkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yangmemungkinkan munculnya imaji. Kata-kata
ini berhubungan dengan kiasan ataulambang. Misal kata kongkret “salju:
melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll, sedangkan kata kongkret
“rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan,
dll.
(5) Bahasa figuratif, yaitu bahasa berkias yang dapat menghidupkan/ meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu (Soedjito, 1986:128).
Bahasa
figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis,
artinya memancarkan banyak makna atau
kaya akan makna (Waluyo, 1987:83).
Bahasa
figuratif disebut juga majas. Adapaun macam-amcam majas antara lain metafora,
simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora,
pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto,
totem pro parte, hingga paradoks.
(6) Versifikasi, yaitu menyangkut rima, ritme, dan metrum. Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi.
Rima mencakup
(1)
onomatope (tiruan terhadap bunyi, misal /ng/ yang
memberikan efek magis pada puisi (Sutadji C.B.),
(2) bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi,
persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh,
repetisi bunyi [kata], dan sebagainya [Waluyo, 187:92]), dan
(3)
pengulangan kata/ungkapan. Ritma adalah tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya
bunyi. Ritma sangat menonjol dalam pembacaan
puisi.
PUISI BARU
Puisi Lama dan Puisi Baru memiliki
perbedaan-perbedaan mendasar. Puisi Baru bentuknya lebih bebas daripada puisi
lama baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima.
1. Ciri-ciri Puisi Baru
a) Bentuknya rapi, simetris;
b) Mempunyai persajakan akhir (yang teratur);
c) Banyak mempergunakan pola sajak
pantun dan syair meskipun
ada pola yang lain;
d) Sebagian
besar puisi empat seuntai;
e) Tiap-tiap
barisnya atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis)
f) Tiap gatranya terdiri atas dua kata (sebagian
besar) : 4-5 suku
kata.
2. Jenis-jenis Puisi Baru
Menurut isinya, puisi dibedakan atas :
a) Balada adalah puisi berisi kisah/cerita.
Ciri-ciri
Terdiri dari 3 (tiga) bait, masing-masing dengan 8 (delapan) larik dengan skema rima a-b-a-b-b-c-c-b. Kemudian skema rima berubah menjadi a-b-a-b-b-c-b-c. Larik terakhir dalam bait pertama digunakan sebagai refren dalam bait-bait berikutnya.
Contoh:
Balada Ibu
yang dibunuh
Karya: W.S.
Rendra
Ibu musang di lindung pohon tua meliang
Bayinya dua ditinggal mati lakinya.
Bualan sabit terkait malam memberita
datangnya
Waktu makan bayi-bayinya mungil sayang.
Matanya berkata pamitan, bertolaklah ia
Dirasukinya dusun-dusun, semak-semak,
taruhan harian atas nyawa.
Burung kolik menyanyikan berita panas
dendam warga desa
Menggetari ujung bulu-bulunya tapi
dikibaskannya juga.
Membubung juga nyanyi kolik sampai mati
tiba-tiba
Oleh lengking pekik yang lebih
menggigitkan pucuk-pucuk daun
Tertangkap musang betina dibunuh esok
harinya.
Tiada pulang ia yang mesti rampas rejeki
hariannya
Ibu yang baik, matinya baik, pada
bangkainya gugur pula dedaun tua.
Tiada tahu akan meraplah kolik meratap
juga
Dan bayi-bayinya bertanya akan bunda
pada angin tenggara
Lalu satu ketika di pohon tua meliang
Matilah anak-anak musang, mati
dua-duanya.
Dan jalannya semua peristiwa
Tanpa dukungan satu dosa, tanpa.
b) Himne adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan.
Ciri-ciri
lagu pujian untuk menghormati seorang dewa,
Tuhan, seorang pahlawan, tanah air, atau almamater (Pemandu di Dunia Sastra).
Sekarang ini, pengertian himne menjadi berkembang. Himne diartikan
sebagai puisi yang dinyanyikan, berisi pujian terhadap sesuatu yang dihormati (guru, pahlawan, dewa,
Tuhan) yang bernapaskan ketuhanan.
Contoh:
Bahkan
batu-batu yang keras dan bisu
Mengagungkan
nama-Mu dengan cara sendiri
Menggeliat derita
pada lekuk dan liku
bawah sayatan
khianat dan dusta.
Dengan hikmat
selalu kupandang patung-Mu
menitikkan
darah dari tangan dan kaki
dari mahkota
duri dan membulan paku
Yang dikarati
oleh dosa manusia.
Tanpa
luka-luka yang lebar terbuka
dunia
kehilangan sumber kasih
Besarlah
mereka yang dalam nestapa
mengenal-Mu
tersalib di datam hati.
(Saini S.K)
c) Ode adalah puisi sanjungan untuk orang yang berjasa.
Ciri-ciri
Nada dan gayanya sangat resmi (metrumnya ketat), bernada anggun, membahas sesuatu yang mulia, bersifat menyanjung baik
terhadap pribadi tertentu atau peristiwa umum.
Contoh:
Generasi Sekarang
Di atas puncak gunung fantasi
Berdiri aku, dan dari sana
Mandang ke bawah, ke tempat berjuang
Generasi sekarang di panjang masa
Di atas puncak gunung fantasi
Berdiri aku, dan dari sana
Mandang ke bawah, ke tempat berjuang
Generasi sekarang di panjang masa
Menciptakan kemegahan baru
Pantoen keindahan Indonesia
Yang jadi kenang-kenangan
Pada zaman dalam dunia
(Asmara Hadi)
Pantoen keindahan Indonesia
Yang jadi kenang-kenangan
Pada zaman dalam dunia
(Asmara Hadi)
d) Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup.
Epigram
berasal dari Bahasa Yunani epigramma yang berarti unsur pengajaran; didaktik; nasihat membawa ke arah kebenaran untuk
dijadikan pedoman, ikhtibar; ada teladan.
Contoh:
Hari ini tak
ada tempat berdiri
Sikap lamban
berarti mati
Siapa yang
bergerak, merekalah yang di depan
Yang menunggu
sejenak sekalipun pasti tergilas.
(Iqbal)
e) Romance adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih.
Berasal
dari bahasa Perancis Romantique yang berarti keindahan perasaan; persoalan kasih sayang, rindu dendam, serta kasih mesra.
Contoh:
Cinta
Karya: Kahlil
Gibran
Sejak kehadiranmu hingga kini
Ruang hatiku beraroma wangi
Buaian bunga-bunga rindu menari
Yang kau tinggalkan di hati
Makin hari bersemi
Tanpa layu senyum ini
Tersirami cinta suci
Darimu kekasih hati
Jangan biarkan aku sendiri
Kuhanya ingin memiliki
Dirimu seutuhnya cinta sejati
Menjadi harga mati tak tertawar lagi
Andai ada pengganggu hati
Hati ini tegas menghadapi
Janganlah engkau ragu lagi
Hati ini milikmu abadi
f) Elegi adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan.
Ciri-ciri
Berisi
sajak atau lagu yang mengungkapkan rasa duka atau keluh
kesah karena sedih atau rindu, terutama karena kematian/kepergian seseorang.
Contoh:
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga
kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
g) Satire adalah puisi yang berisi sindiran/kritik.
Berasal
dari bahasa Latin Satura yang berarti sindiran; kecaman
tajam terhadap sesuatu fenomena; tidak puas hati satu golongan (ke atas
pemimpin yang pura-pura, rasuah, zalim)
Contoh:
Aku bertanya
tetapi
pertanyaan-pertanyaanku
membentur
jidad penyair-penyair salon,
yang bersajak
tentang anggur dan rembulan,
sementara
ketidakadilan terjadi
di
sampingnya,
dan delapan
juta kanak-kanak tanpa pendidikan,
termangu-mangu
dl kaki dewi kesenian.
(Rendra)
PUISI BARU
Sedangkan
macam-macam puisi baru dilihat dari bentuknya antara lain:
a) Distikon, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas dua baris (puisi
dua seuntai).
Ciri-ciri
1. 2
baris; sajak 2 seuntai
2. Distikon
(2 baris)
3. Rima
– aa – bb
Contoh:
Berkali kita gagal
Ulangi lagi dan cari akal
Ulangi lagi dan cari akal
Berkali-kali kita jatuh
Kembali berdiri jangan mengeluh
Kembali berdiri jangan mengeluh
(Or. Mandank)
b) Terzina, puisi yang tiap baitnya terdiri atas tiga baris (puisi tiga seuntai).
Contoh:
Dalam ribaan bahagia datang
Tersenyum bagai kencana
Mengharum bagai cendana
Tersenyum bagai kencana
Mengharum bagai cendana
Dalam bah’gia cinta tiba melayang
Bersinar bagai matahari
Mewarna bagaikan sari
Dari ; Madah Kelana
Karya : Sanusi Pane
Bersinar bagai matahari
Mewarna bagaikan sari
Dari ; Madah Kelana
Karya : Sanusi Pane
c) Kuatrain, puisi yang tiap baitnya terdiri atas empat baris (puisi empat seuntai).
Ciri-ciri
1. Quatrain
(Perancis: 4 baris)
2. Pada
asalnya ada 4 rangkap
3. Dipelopori
di Malaysia oleh Mahsuri S.N.
Contoh:
Mendatang-datang jua
Kenangan masa lampau
Menghilang muncul jua
Yang dulu sinau silau
Kenangan masa lampau
Menghilang muncul jua
Yang dulu sinau silau
Membayang rupa jua
Adi kanda lama lalu
Membuat hati jua
Layu lipu rindu-sendu
(A.M. Daeng Myala)
Adi kanda lama lalu
Membuat hati jua
Layu lipu rindu-sendu
(A.M. Daeng Myala)
d) Kuint, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas lima baris (puisi lima seuntai).
Ciri-ciri
Pada asalnya, rima Quint adalah /aaaaa/
tetapi kini 5 baris dalam serangkap diterima umum sebagai Quint (perubahan ini
dikatakan berpunca dari kesukaran penyair untuk membina rima/aaaaa/.
Contoh:
Hanya Kepada Tuan
Satu-satu perasaan
Hanya dapat saya katakan
Kepada tuan
Yang pernah merasakan
Satu-satu perasaan
Hanya dapat saya katakan
Kepada tuan
Yang pernah merasakan
Satu-satu kegelisahan
Yang saya serahkan
Hanya dapat saya kisahkan
Kepada tuan
Yang pernah diresah gelisahkan
Yang saya serahkan
Hanya dapat saya kisahkan
Kepada tuan
Yang pernah diresah gelisahkan
Satu-satu kenyataan
Yang bisa dirasakan
Hanya dapat saya nyatakan
Kepada tuan
Yang enggan menerima kenyataan
(Or. Mandank)
Yang bisa dirasakan
Hanya dapat saya nyatakan
Kepada tuan
Yang enggan menerima kenyataan
(Or. Mandank)
e) Sektet, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas enam baris (puisi enam seuntai).
Ciri-ciri
1. sextet
(latin: 6 baris)
2. Dikenali
sebagai ‘terzina ganda dua’
3. Rima
akhir bebas
Contoh:
Merindu Bagia
Jika hari’lah tengah malam
Angin berhenti dari bernafas
Sukma jiwaku rasa tenggelam
Dalam laut tidak terwatas
Menangis hati diiris sedih
(Ipih)
Jika hari’lah tengah malam
Angin berhenti dari bernafas
Sukma jiwaku rasa tenggelam
Dalam laut tidak terwatas
Menangis hati diiris sedih
(Ipih)
f) Septime, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas tujuh baris (tujuh seuntai).
Ciri-ciri
1. septime
(Latin: 7 baris)
2. Rima
akhir bebas
Contoh:
Indonesia Tumpah Darahku
Duduk di pantai tanah yang permai
Tempat gelombang pecah berderai
Berbuih putih di pasir terderai
Tampaklah pulau di lautan hijau
Gunung gemunung bagus rupanya
Ditimpah air mulia tampaknya
Tumpah darahku Indonesia namanya
(Muhammad Yamin)
Duduk di pantai tanah yang permai
Tempat gelombang pecah berderai
Berbuih putih di pasir terderai
Tampaklah pulau di lautan hijau
Gunung gemunung bagus rupanya
Ditimpah air mulia tampaknya
Tumpah darahku Indonesia namanya
(Muhammad Yamin)
g) Oktaf/Stanza, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas delapan baris (double kutrain atau puisi delapan seuntai).
Ciri-ciri
1. Oktaf
(Latin: 8 baris)
2. Dikenali
sebagai ‘double Quatrain’
Contoh:
Awan
Awan datang melayang perlahan
Serasa bermimpi, serasa berangan
Bertambah lama, lupa di diri
Bertambah halus akhirnya seri
Dan bentuk menjadi hilang
Dalam langit biru gemilang
Demikian jiwaku lenyap sekarang
Dalam kehidupan teguh tenang
(Sanusi Pane)
Awan datang melayang perlahan
Serasa bermimpi, serasa berangan
Bertambah lama, lupa di diri
Bertambah halus akhirnya seri
Dan bentuk menjadi hilang
Dalam langit biru gemilang
Demikian jiwaku lenyap sekarang
Dalam kehidupan teguh tenang
(Sanusi Pane)
h) Soneta, adalah puisi yang bersuara.
Ciri-ciri
1. Terdiri atas 14 baris
2. Terdiri
atas 4 bait, yang
terdiri atas 2 quatrain dan 2 terzina
3. Dua
quatrain merupakan sampiran dan merupakan satu kesatuan
yang disebut octav.
4. Dua
terzina merupakan isi dan merupakan satu kesatuan yang
disebut isi yang disebut sextet.
5. Bagian
sampiran biasanya berupa gambaran alam
6. Sextet berisi curahan atau jawaban atau kesimpulan daripada
apa
yang dilukiskan dalam ocvtav, jadi
sifatnya subyektif.
7. Peralihan
dari octav ke sextet disebut volta
8. Penambahan
baris pada soneta disebut koda.
9. Jumlah
suku kata dalam tiap-tiap baris biasanya antara 9 – 14 suku
kata
10. Rima akhir adalah a
– b – b – a, a – b – b – a, c – d – c, d – c – d.
Soneta berasal dari kata sonneto (Bahasa Italia) perubahan
dari kata sono yang berarti suara. Jadi soneta adalah puisi yang bersuara. Di Indonesia, soneta masuk dari
negeri Belanda diperkenalkan oleh Muhammad Yamin dan Roestam Effendi, karena
itulah mereka berdualah yang dianggap sebagai ”Pelopor/Bapak Soneta Indonesia”.
Bentuk soneta Indonesia tidak lagi tunduk pada syarat-syarat soneta Italia atau
Inggris, tetapi lebih mempunyai kebebasan dalam segi isi maupun rimanya. Yang
menjadi pegangan adalah jumlah barisnya (empat belas baris).
Contoh:
Gembala
Perasaan siapa ta ‘kan nyala ( a )
Melihat anak berelagu dendang ( b )
Seorang saja di tengah padang ( b )
Tiada berbaju buka kepala ( a )
Beginilah nasib anak gembala ( a )
Berteduh di bawah kayu nan rindang ( b )
Semenjak pagi meninggalkan kandang ( b )
Pulang ke rumah di senja kala ( a )
Jauh sedikit sesayup sampai ( a )
Terdengar olehku bunyi serunai ( a )
Melagukan alam nan molek permai ( a )
Wahai gembala di segara hijau ( c )
Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau ( c )
Maulah aku menurutkan dikau ( c )
(Muhammad Yamin)
Perasaan siapa ta ‘kan nyala ( a )
Melihat anak berelagu dendang ( b )
Seorang saja di tengah padang ( b )
Tiada berbaju buka kepala ( a )
Beginilah nasib anak gembala ( a )
Berteduh di bawah kayu nan rindang ( b )
Semenjak pagi meninggalkan kandang ( b )
Pulang ke rumah di senja kala ( a )
Jauh sedikit sesayup sampai ( a )
Terdengar olehku bunyi serunai ( a )
Melagukan alam nan molek permai ( a )
Wahai gembala di segara hijau ( c )
Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau ( c )
Maulah aku menurutkan dikau ( c )
(Muhammad Yamin)
PUISI LAMA
Puisi lama adalah puisi yang
terikat oleh aturan-aturan. Aturan- aturan itu antara lain :
a) Jumlah
kata dalam 1 baris
b) Jumlah
baris dalam 1 bait
c) Persajakan
(rima)
d) Banyak
suku kata tiap baris
e) Irama
Ciri-ciri Puisi Lama
a) Merupakan
puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya
b) Disampaikan
lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan
c) Sangat
terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata
maupun rima.
Jenis-jenis puisi lama
a) Mantra
Ciri-ciri:
1. Berirama akhir abc-abc, abcd-abcd, abcde-abcde.
2. Bersifat lisan, sakti atau magis
3. Adanya perulangan
4. Metafora merupakan unsur penting
5. Bersifat esoferik (bahasa khusus antara pembicara
dan lawan
bicara) dan misterius
6. Lebih
bebas dibanding puisi rakyat lainnya dalam hal suku kata,
baris dan persajakan.
Contoh:
Assalammu’alaikum putri satulung besar
Yang beralun berilir simayang
Mari kecil, kemari
Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap gading
Akan membasuh mukamu
Yang beralun berilir simayang
Mari kecil, kemari
Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap gading
Akan membasuh mukamu
b) Pantun
Ciri – ciri :
1. Setiap bait terdiri 4 baris
2. Baris 1 dan 2 sebagai sampiran
3. Baris 3 dan 4 merupakan isi
4. Bersajak a – b – a – b
5. Setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata
6. Berasal
dari Melayu (Indonesia)
Contoh:
Kalau ada sumur di ladang
Boleh kita menumpang mandi
Kalau ada umur yang panjang
Boleh kita berjumpa lagi
MACAM-MACAM PANTUN
1. DILIHAT DARI BENTUKNYA
a. PANTUN BIASA
Pantun biasa sering juga disebut pantun saja.
Contoh :
Kalau ada jarum patah
Jangan dimasukkan ke dalam peti
Kalau ada kataku yang salah
Jangan dimasukan ke dalam hati
2. SELOKA (PANTUN BERKAIT)
Seloka adalah pantun berkait yang tidak cukup dengan satu bait saja sebab pantun berkait merupakan jalinan atas beberapa bait.
CIRI-CIRI SELOKA:
a. Baris kedua dan keempat pada bait pertama dipakai sebagai baris pertama dan ketiga bait kedua.
b. Baris kedua dan keempat pada bait kedua dipakai sebagai baris pertama dan ketiga bait ketiga
c. Dan seterusnya
Contoh :
Lurus jalan ke Payakumbuh,
Kayu jati bertimbal jalan
Di mana hati tak kan rusuh,
Ibu mati bapak berjalan
Kayu jati bertimbal jalan,
Turun angin patahlah dahan
Ibu mati bapak berjalan,
Ke mana untung diserahkan
3. TALIBUN
Talibun adalah pantun dengan jumlah barisnya lebih dari empat baris, tetapi harus genap misalnya 6, 8, 10 dan seterusnya.
Jika satu bait berisi enam baris, susunannya tiga sampiran dan tiga isi.
Jika satiu bait berisi delapan baris, susunannya empat sampiran dan empat isi.
Jadi :
Apabila enam baris sajaknya a – b – c – a – b – c.
Bila terdiri dari delapan baris, sajaknya a – b – c – d – a – b – c – d
Contoh :
Kalau anak pergi ke pekan
Yu beli belanak pun beli sampiran
Ikan panjang beli dahulu
Kalau anak pergi berjalan
Ibu cari sanak pun cari isi
Induk semang cari dahulu
4. PANTUN KILAT ( KARMINA )
CIRI-CIRINYA :
a. Setiap bait terdiri dari 2 baris
b. Baris pertama merupakan sampiran
c. Baris kedua merupakan isi
d. Bersajak a – a
e. Setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata
Contoh :
Dahulu parang, sekarang besi (a)
Dahulu sayang sekarang benci (a)
1. DILIHAT DARI BENTUKNYA
a. PANTUN BIASA
Pantun biasa sering juga disebut pantun saja.
Contoh :
Kalau ada jarum patah
Jangan dimasukkan ke dalam peti
Kalau ada kataku yang salah
Jangan dimasukan ke dalam hati
2. SELOKA (PANTUN BERKAIT)
Seloka adalah pantun berkait yang tidak cukup dengan satu bait saja sebab pantun berkait merupakan jalinan atas beberapa bait.
CIRI-CIRI SELOKA:
a. Baris kedua dan keempat pada bait pertama dipakai sebagai baris pertama dan ketiga bait kedua.
b. Baris kedua dan keempat pada bait kedua dipakai sebagai baris pertama dan ketiga bait ketiga
c. Dan seterusnya
Contoh :
Lurus jalan ke Payakumbuh,
Kayu jati bertimbal jalan
Di mana hati tak kan rusuh,
Ibu mati bapak berjalan
Kayu jati bertimbal jalan,
Turun angin patahlah dahan
Ibu mati bapak berjalan,
Ke mana untung diserahkan
3. TALIBUN
Talibun adalah pantun dengan jumlah barisnya lebih dari empat baris, tetapi harus genap misalnya 6, 8, 10 dan seterusnya.
Jika satu bait berisi enam baris, susunannya tiga sampiran dan tiga isi.
Jika satiu bait berisi delapan baris, susunannya empat sampiran dan empat isi.
Jadi :
Apabila enam baris sajaknya a – b – c – a – b – c.
Bila terdiri dari delapan baris, sajaknya a – b – c – d – a – b – c – d
Contoh :
Kalau anak pergi ke pekan
Yu beli belanak pun beli sampiran
Ikan panjang beli dahulu
Kalau anak pergi berjalan
Ibu cari sanak pun cari isi
Induk semang cari dahulu
4. PANTUN KILAT ( KARMINA )
CIRI-CIRINYA :
a. Setiap bait terdiri dari 2 baris
b. Baris pertama merupakan sampiran
c. Baris kedua merupakan isi
d. Bersajak a – a
e. Setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata
Contoh :
Dahulu parang, sekarang besi (a)
Dahulu sayang sekarang benci (a)
2. DILIHAT DARI ISINYA
2.1. PANTUN ANAK-ANAK
Pantun anak
adalah pantun yang berisi permainan, hal-hal menyenangkan atau menyedihkan.
Contoh :
Elok rupanya si kumbang jati
Dibawa itik pulang petang
Tidak terkata besar hati
Melihat ibu sudah datang
2.2. PANTUN ORANG MUDA
Contoh :
Elok rupanya si kumbang jati
Dibawa itik pulang petang
Tidak terkata besar hati
Melihat ibu sudah datang
2.2. PANTUN ORANG MUDA
Pantun
Muda-mudi adalah pantun yang berisi perasaan kasmaran atau rasa jatuh cinta.
Contoh :
Tanam melati di rama-rama
Ubur-ubur sampingan dua
Sehidup semati kita bersama
Satu kubur kelak berdua
2.3. PANTUN ORANG TUA
Contoh :
Tanam melati di rama-rama
Ubur-ubur sampingan dua
Sehidup semati kita bersama
Satu kubur kelak berdua
2.3. PANTUN ORANG TUA
Pantun
Nasihat atau pantun orangtua adalah pantun yang berisi nasihatagar menjadi
lebih baik.
Contoh :
Asam kandis asam gelugur
Kedua asam riang-riang
Menangis mayat di pintu kubur
Teringat badan tidak sembahyang
2.4. PANTUN JENAKA
Contoh :
Asam kandis asam gelugur
Kedua asam riang-riang
Menangis mayat di pintu kubur
Teringat badan tidak sembahyang
2.4. PANTUN JENAKA
Pantun Jenaka
adalah pantun yang berisi bahan kelakar atau hal-hal yang lucu
Contoh :
Elok rupanya pohon belimbing
Tumbuh dekat pohon mangga
Elok rupanya berbini sumbing
Biar marah tertawa juga
2.5. PANTUN TEKA-TEKI
Pantun
teka-teki adalah pantun yang berisi pertanyaan yang meminta orang lain berpikir
jawabannya.
Contoh :
Kalau puan, puan cemara
Ambil gelas di dalam peti
Kalau tuan bijak laksana
Binatang apa tanduk di kaki
Contoh :
Kalau puan, puan cemara
Ambil gelas di dalam peti
Kalau tuan bijak laksana
Binatang apa tanduk di kaki
c) Gurindam
Ciri-ciri gurindam
1. Baris pertama berisikan semacam soal, masalah
atau perjanjian
2. Baris kedua berisikan jawabannya atau akibat
dari masalah atau perjanjian pada baris pertama tadi.
Contoh:
Kurang pikir kurang siasat (a)
Tentu dirimu akan tersesat (a)
Barang siapa tinggalkan sembahyang ( b )
Bagai rumah tiada bertiang ( b )
Jika suami tiada berhati lurus ( c )
Istri pun kelak menjadi kurus ( c )
Tentu dirimu akan tersesat (a)
Barang siapa tinggalkan sembahyang ( b )
Bagai rumah tiada bertiang ( b )
Jika suami tiada berhati lurus ( c )
Istri pun kelak menjadi kurus ( c )
d) Syair
Ciri-ciri syair
1. Terdiri
dari 4 baris
2. Berirama aaaa
3. Keempat baris tersebut mengandung arti atau maksud penyair
Contoh:
Pada zaman dahulu kala (a)
Tersebutlah sebuah cerita (a)
Sebuah negeri yang aman sentosa (a)
Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)
Tersebutlah sebuah cerita (a)
Sebuah negeri yang aman sentosa (a)
Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)
Kaidah
Kebahasaan Puisi Lama
Puisi lama mempunyai beberapa kaidah
mutlak yang harus diikuti,yaitu:
1. Jumlah baris atau jumlah
kalimat dalam setiap baitnya.
2. Jumlah suku kata dalam setiap kalimat.
3. Rima atau persamaan bunyi.
4. Irama.
Tambahan berupa contoh-contoh dari
setiap jenis-jenis puisi lama dan puisi baru:
1. Contoh Balada :
Balada Terbunuhnya Atmo Karpo
Karya: W.S. Rendra
Dengan kuku-kuku besi kuda menebah perut bumi
Bulan berkhianat gosok-gosokkan tubuhnya di pucuk-pucuk para
Mengepit kuat-kuat lutut menunggang perampok yang diburu
Surai bau keringat basah, jenawi pun telanjang
Segenap warga desa mengepung hutan itu
Dalam satu pusaran pulang balik Atmo Karpo
Mengutuki bulan betina dan nasibnya yang malang
Berpancaran bunga api, anak panah di bahu kiri
Satu demi satu yang maju terhadap darahnya
Penunggang baja dan kuda mengangkat kaki muka.
Nyawamu barang pasar, hai orang-orang bebal!
Tombakmu pucuk daun dan matiku jauh orang papa.
Majulah Joko Pandan! Di mana ia?
Majulah ia kerna padanya seorang kukandung dosa.
Anak panah empat arah dan musuh tiga silang
Atmo Karpo tegak, luka tujuh liang.
Joko Pandan! Di mana ia!
Hanya padanya seorang kukandung dosa.
Bedah perutnya atapi masih setan ia
Menggertak kuda, di tiap ayun menungging kepala
Joko Pandan! Di manakah ia!
Hanya padanya seorang kukandung dosa.
Berberita ringkik kuda muncullah Joko Pandan
Segala menyibak bagi reapnya kuda hitam
Ridla dada bagi derinya dendam yang tiba.
Pada langkah pertama keduanya sama baja.
Pada langkah ketiga rubuhlah Atmo Karpo
Panas luka-luka, terbuka daging kelopak-kelopak angsoka.
Malam bagai kedok hutan bopeng oleh luka
Pesta abulan, sorak sorai, anggur darah
Joko Pandan menegak, menjilat darah di pedang
Ia telah membunuh bapaknya.
Balada Terbunuhnya Atmo Karpo
Karya: W.S. Rendra
Dengan kuku-kuku besi kuda menebah perut bumi
Bulan berkhianat gosok-gosokkan tubuhnya di pucuk-pucuk para
Mengepit kuat-kuat lutut menunggang perampok yang diburu
Surai bau keringat basah, jenawi pun telanjang
Segenap warga desa mengepung hutan itu
Dalam satu pusaran pulang balik Atmo Karpo
Mengutuki bulan betina dan nasibnya yang malang
Berpancaran bunga api, anak panah di bahu kiri
Satu demi satu yang maju terhadap darahnya
Penunggang baja dan kuda mengangkat kaki muka.
Nyawamu barang pasar, hai orang-orang bebal!
Tombakmu pucuk daun dan matiku jauh orang papa.
Majulah Joko Pandan! Di mana ia?
Majulah ia kerna padanya seorang kukandung dosa.
Anak panah empat arah dan musuh tiga silang
Atmo Karpo tegak, luka tujuh liang.
Joko Pandan! Di mana ia!
Hanya padanya seorang kukandung dosa.
Bedah perutnya atapi masih setan ia
Menggertak kuda, di tiap ayun menungging kepala
Joko Pandan! Di manakah ia!
Hanya padanya seorang kukandung dosa.
Berberita ringkik kuda muncullah Joko Pandan
Segala menyibak bagi reapnya kuda hitam
Ridla dada bagi derinya dendam yang tiba.
Pada langkah pertama keduanya sama baja.
Pada langkah ketiga rubuhlah Atmo Karpo
Panas luka-luka, terbuka daging kelopak-kelopak angsoka.
Malam bagai kedok hutan bopeng oleh luka
Pesta abulan, sorak sorai, anggur darah
Joko Pandan menegak, menjilat darah di pedang
Ia telah membunuh bapaknya.
Balada Orang-orang Tercinta
Karya: W.S.
Rendra
Kita bergantian menghirup asam
Batuk dan lemas terceruk
Marah dan terbaret-baret
Cinta membuat kita bertahan dengan
secuil redup harapan
Kita berjalan terseok-seok
Mengira lelah akan hilang
di ujung terowongan yang terang
Namun cinta tidak membawa kita
memahami satu sama lain
Kadang kita merasa beruntung
Namun harusnya kita merenung
Akankah kita sampai di altar
Dengan berlari terpatah-patah
Mengapa cinta tak mengajari kita
Untuk berhenti berpura-pura?
Kita meleleh dan tergerus
Serut-serut sinar matahari
Sementara kita sudah lupa
rasanya mengalir bersama kehidupan
Melupakan hal-hal kecil
yang dulu termaafkan
Mengapa kita saling menyembunyikan
Mengapa marah dengan keadaan?
Mengapa lari ketika sesuatu membengkak
jika dibiarkan?
Kita percaya pada cinta
Yang borok dan tak sederhana
Kita tertangkap jatuh terperangkap
Dalam balada orang-orang tercinta
2. Contoh Himne
Tuhan
Dalam diam kusebut nama-Mu
Benar sungguh aku takut akan murka-Mu
Ku harap tuhan
Kan selalu sayang padaku
Karena kehendak-Mu aku ada
Ku hanya bisa
Berharap dan berdoa
Pada-Mu tuhan
Kasih sayang-Mu kuharapkan
Doa
Karya: Chairil Anwar
kepada pemeluk teguh
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut nama-Mu
Biar susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh
caya-Mu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
aku hilang bentuk
remuk
Tuhanku
aku mengembara di negeri asing
Tuhanku di pintu-Mu
aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling
3. Contoh Ode
Puisi untuk Guru
Karya: Muhammad Yanuar
Engkau bagaikan cahaya
Yang menerangi jiwa
Dari segala gelap dunia
Engkau adalah setetes embun
Yang menyejukkan hati
Hati yang ditikam kebodohan
Sungguh mulia tugasmu guru
Tugas yang sangat besar
Guru engkau adalah pahlawanku
Yang tidak mengharapkan balasan
Segala yang engkau lakukan
Engkau lakukan dengan ikhlas
Guru jasamu takkan kulupa
Guru ingin kuucapkan
Terima kasih atas jasamu
4. Contoh Epigram
Arti Hidup
Hidup adalah perjuangan
Berani menghadapi tantangan
Hadup adalah perjuangan
Bertahan dikala datang cobaan
Hidup adalah perjuangan
Maka berjuanglahh untuk hidup
Hidup adalah perjuangan
Berani menghadapi tantangan
Hadup adalah perjuangan
Bertahan dikala datang cobaan
Hidup adalah perjuangan
Maka berjuanglahh untuk hidup
5. Contoh Romance
Arti cinta
Cinta akan terasa bahagia
Bila kita selalu bersama
Cinta tak kan indah
Bila kita jauh terpisah
Cinta akan abadi
Bila kita saling berbagi
Cinta akan sejati
Bila kita saling mengerti
Cinta akan terasa bahagia
Bila kita selalu bersama
Cinta tak kan indah
Bila kita jauh terpisah
Cinta akan abadi
Bila kita saling berbagi
Cinta akan sejati
Bila kita saling mengerti
6. Contoh Elegi
Sia-sia
Semilir angin pada senja
Bawa surat dari seberang sana
Dibaca ole si penerima
Penerima diam tampa kata
Hanya air mata
Mengalir jatuh kepipinya
Apakah gerangan isi suratnya?
Sampai berlinang air matanya
Ternyata sang kekasih diseberang
Duduk bersanding dengan seseorang
Si penerima jatuh ppingsan
Sia-sia dia dalam penantian
Semilir angin pada senja
Bawa duka, luka, derita
Semilir angin pada senja
Bawa surat dari seberang sana
Dibaca ole si penerima
Penerima diam tampa kata
Hanya air mata
Mengalir jatuh kepipinya
Apakah gerangan isi suratnya?
Sampai berlinang air matanya
Ternyata sang kekasih diseberang
Duduk bersanding dengan seseorang
Si penerima jatuh ppingsan
Sia-sia dia dalam penantian
Semilir angin pada senja
Bawa duka, luka, derita
7. Contoh Satire
Gigit Jari
Lihatlah pada kami
Wakil rakyat yang dihormati
Disini kami berdiri
Menuntut janji
Kemakmuran yang kau janji kan
Jika dapat kursi dewan
Kami telah turuti
Demi janji-janji
Namun, kini
Apa yang trejadi
Jangankan janji
Ingat pun tidak pada kami
Tertipu lagi
Janji –janji bohong lagi
Terpaksa kini kami hanya menggigit jari
Lihatlah pada kami
Wakil rakyat yang dihormati
Disini kami berdiri
Menuntut janji
Kemakmuran yang kau janji kan
Jika dapat kursi dewan
Kami telah turuti
Demi janji-janji
Namun, kini
Apa yang trejadi
Jangankan janji
Ingat pun tidak pada kami
Tertipu lagi
Janji –janji bohong lagi
Terpaksa kini kami hanya menggigit jari
8. Contoh Distikon
Merpati
Cinta
itu seperti merpati
Yang terbang bebas dan tak berbatas
Yang terbang bebas dan tak berbatas
Kita
tak tahu akan hinggap dimana?
Sebab itu sebuah misteri
Sebab itu sebuah misteri
Maka
bila merpati telah hinggap
Pada dahan sanubari
Pada dahan sanubari
Dan sayapnya mulai mengepakkan
Sayu-sayu asmara
Dia (merpati) pun lantas berbisik padaku
Dekatilah dia dan katakana “Akulah yang akan mengisi hidupmu.”
Tubuh...
kini berpeluh menghadap rusuh
Cinta
kini hilang tanpa dia
Tugas
kini ada tanpa bergegas
9. Contoh Terzina
Kepada
Angin Raja Kelana
Kau Sang Bayu, Raja
Kelana
Yang tak tahu lelah dan tak
berhenti
Bersiap diri pergi
mengembara,
Di
sunyi senyap, di waktupagi,
Kau
merampas hawa panas caya,
Dari
rina utusan mata hari.
Guna
melepaskan tumbuhan dan bunga,
Dari kujur
pelukan malam,
Bau-bauan
pemberian bunga,
Kau
sebarkan di lembah bermakam,
Seperti
bunga yang menyatakan
Terima
kasihnya, aku dengan kalam
10. Contoh Kuatrain
Di kakimu
Aku
‘ngembara seorang diri,
Badan
lemah berdaya tiada.
Tinggi
gunung yang ku daki,
Lepas
mega menghadap wala.
Berapa
kali aku terhenti,
Merebah
diri melepas lelah.
Sekali
aku meninjau ke bawah,
Takjub
melihat permai tamasya.
Mana
rumahku mana halaman,
Mata
mencari kelihatan tiada.
Sekalian
menyatu indah
semata,
Terpaku
diri memandang taman.
Tuhanku,
hati hasratkan Engkau!
Pimpin
umatmu naik ke puncak,
Tempat
mega tiada menutup,
Dan
pandangan terus menerus.
Dari
kakimu tinggi di sawang,
Aku
hendak meninjau ke bawah.
Melihat
bayangku hilang tenggelam,
Daif
papa tengah kebesaran.
11. Contoh Kuint
HANYA KEPADA TUAN
Satu-satu
perasaan
Yang saya
rasakan
Hanya dapat
saya katakan
kepada Tuan
Yang pernah
merasakan
Satu-satu
kegelisahan
Yang saya
rasakan
Hanya dapat
saya kisahkan
kepada Tuan
Yang pernah
di resah gelisahkan
Satu-satu
desiran
Yang saya
dengarkan
Hanya dapat
saya syairkan
kepada Tuan
Yang pernah
mendengarkan desiran
Satu-satu
kenyataan
Yang saya
didustakan
Hanya dapat
saya nyatakan
kepada Tuan
Yang enggan
merasakan
(Or. Mandank)
12. Contoh Sektet
MENUJU KE LAUT
Kami telah meninggalkan engkau,
Tasik yang tenang tiada beriak,
Diteduhi gunung yang rimbun
Dari angin dan topan.
Sebab sekali kami terbangun
Dari mimpi yang nikmat
“Ombak ria berkejar-kejaran
Di gelanggang biru bertepi langit,
Pasir rataberulang dikecup,
Tebing curam ditantang diserang,
Dalam bergurau bersama angin,
Dalam berlomba bersama mega”.
Sejak itu jiwa gelisah.
Selalu berjuang, tiada reda.
Ketenangan lama rasa beku,
Gunung pelindung rasa pengalang.
Berontak hatihendak bebas,
Menyerang segala apa menadang.
Gemuruh berderau kami jatuh,
Terhempas berderai mutiara bercahaya.
Gegap gempita suara mengerang,
Dahsyat bahna suara menang.
Keluh dan gelak silih berganti
Pekik dan tempik sambut menyambut.
13. Contoh Septime
Langit
Terang cuaca langit lazuardi
Biru jernih bagai tak berisi
Meninggi jauh menurun dalam
Melawan melingkungi alam
Meskipun tak tampak tahulah kita
Langit menyimpan bintang berjuta
Bergerak dinamis bergetar senantiasa.
(Itoyo)
14. Contoh Oktaf
Sumpah Sakti
Terdengar suara kepada kami
Melayang di atas gempar dunia
“Percaya datang zamannya nanti
Kaum marhaen jadi mulia.
Akan sama pembahagi harta,
Orang semua mendapat nasi,
Sehingga bumu jadi sentosa
Tidak tahu perbantahan lagi”.
Kami bersorak gegap gempita,
Merasa diri kuat kembali,
Mata bercaya, intan juwita,
Bagai memandang tanah dicari.
Semenjak itu kami berjuang
Penuh harapan, gagah berani.
Biar terlempar ke dalam jurang,
Teringat juga sumpah yang sakti.
(Sanusi Pane)
15. Contoh Soneta
Kehidupan
Bagaikan burung terbang yang malang (a)
Hidupku terasa sendiri (b)
Mungkinkah esok hari (b)
Adakah yang menolong(a)
Hidupku memang malang (a)
Bukan berarti aku sendiri(b)
Banyak orang yang tersakiti (b)
Tetapi mereka hadapi dengan tenang(a)
memang hidup kadang menyakikan (c)
kadang juga menyenangkan (c)
Memang itulah kenyataan (c)
Yang kita harus terima (d)
Dan menhadapi dengan lapang dada (d)
Semua keadaan yang ada (d)
16. Contoh Mantra
Mantra pengobat sakit
perut
Gelang-gelang si gali-gali
malukut kepala padi
Air susu keruh asalmu jadi
aku sapa tidak berbunyi
Gelang-gelang si gali-gali
malukut kepala padi
Air susu keruh asalmu jadi
aku sapa tidak berbunyi
Mantra berburu rusa
Sirih lontar pinang lontar
terletak diujung muara
Hantu buta jembalang buta
aku angkat jembalang rusa
Sirih lontar pinang lontar
terletak diujung muara
Hantu buta jembalang buta
aku angkat jembalang rusa
17. Contoh Seloka
Di pantai California berkilauan warna
benua
Topan turun menjelang pagi di Monterey
Pantai dan laut berputar menghanyutkan
tanah
Tanah coklat bersimbah darah kelahiranku
Milik kita hanya maut hitam mengintai
Lainnya terlepas; juga panji-panji
berkibaran
Madu tumpah di pasir; mimpi dingin
mengental
Kau dan aku rebah bagai bangkai
laba-laba
18. Contoh Talibun
Rumah gadang di
Minangkabau
nan berukuir sembilan orang
nan bertebat di kebun bunga
cincin emas tinggalah engkau
batu permata biarlah hilang
sekarang intan sudah kupunya
Berkeris si katin muna
patah sudah bersimpai belum
tak sebuah jadi tuah
jika dilihat pusaka lama
dibangkit batang nan terendam
tlah banyak lagi yang berubah
nan berukuir sembilan orang
nan bertebat di kebun bunga
cincin emas tinggalah engkau
batu permata biarlah hilang
sekarang intan sudah kupunya
Berkeris si katin muna
patah sudah bersimpai belum
tak sebuah jadi tuah
jika dilihat pusaka lama
dibangkit batang nan terendam
tlah banyak lagi yang berubah
19. Contoh Pantun Kilat
Sudah garahu cendana pula,
Sudah tahu bertanya pula
Jalan jalan ke trotoar,
Walau kampungan tapi pintar
20. Contoh Pantun Anak-anak
Lumba-lumba
ikan pintar
Pandai bermain lingkaran api
Jika sudah tumbuh besar
Harus taat mami papi
Burung camar di tepi pantai
Pantai indah banyak ombaknya
Jadilah kamu anak yang pandai
Sudah pasti banyak temannya
Pandai bermain lingkaran api
Jika sudah tumbuh besar
Harus taat mami papi
Burung camar di tepi pantai
Pantai indah banyak ombaknya
Jadilah kamu anak yang pandai
Sudah pasti banyak temannya
21. Contoh Pantun Orang muda
Naik Motor
merknya Honda
Pergi sebentar kerumah Hanapi
Bila cinta mekar di dada
Siang terkenang malam termimpi
22. Contoh Pantun Orangtua
Supaya tangan
tidak terluka
Jangan dikepit hulunya kapak
Supaya Tuhan tidak murka
Jangan sakiti Ibu dan Bapak
23. Contoh Pantun Jenaka
Lebih baik warna kuning
daripada warna ungu
Lebih baik gigi kuning
daripada putih tapi palsu
daripada warna ungu
Lebih baik gigi kuning
daripada putih tapi palsu
Rumahmu dari kayu
Atapnya dari jerami
Rupamu sungguh ayu
Tapi sayang jarang mandi
Atapnya dari jerami
Rupamu sungguh ayu
Tapi sayang jarang mandi
24. Contoh Pantun Teka-teki
Terendak
bentan lalu dibeli
Untuk pakaian saya turun kesawah
Kalaulah tuan bijak bestari
Apa binatang kepala di bawah?
Kalau tuan bawa keladi
Bawakan juga si pucuk rebung
Kalau tuan bijak bestari
Binatang apa tanduk dihidung?
25. Contoh Gurindam
Gurindam
Berkasih
Barang siapa ingin bercinta
Pastikan diri mesti setia
Barang siapa ingin berkasih
Pastikan diri itu bersih
Barang siapa berkasih sayang
Jangan sampai jiwa melayang
Barang siapa dilamun cinta
pastikan dapat berita gembira
Apabila sedang bercinta
Cepat-cepat berumah tangga
Apabila sudah berumah tangga
Jangan di lepas janji dan amanah
Pastikan diri mesti setia
Barang siapa ingin berkasih
Pastikan diri itu bersih
Barang siapa berkasih sayang
Jangan sampai jiwa melayang
Barang siapa dilamun cinta
pastikan dapat berita gembira
Apabila sedang bercinta
Cepat-cepat berumah tangga
Apabila sudah berumah tangga
Jangan di lepas janji dan amanah
26. Contoh Syair
Setelah didengar raja betari
Murka
baginda tidak terperi
Pedang
terhunus baginda sendiri
Permaisuri
tua memegangkan diri
Seraya
katanya jangan begitu
Pandangkan
mata saudaramu itu
Jika
dibunuh bundanya sendiri
Jadilah
dinda tidak begitu
Pencitraan pada puisi
Untuk memberikan gambaran yang jelas, untuk menimbulkan suasana, untuk
membuat lebih hidup dan menarik, dalam puisi penyair juga sering menggunakan
gambaran angan. Gambaran angan dalam puisi ini disebut citraan (imagery)
Citraan atau pengimajian adalah
gambar-gambar dalam pikiran, atau gambaran angan si penyair. Setiap gambar
pikiran disebut citra atau imaji (image). Gambaran pikiran ini adalah sebuah
efek dalam pikiran yang sangat menyerupai gambaran yang dihasilkan oleh
penangkapan kita terhadap sebuah objek yang dapat dilihat oleh mata (indera
penglihatan). Citraan tidak membuat kesan baru dalam pikiran.
Jenis/macam citraan (imaji)
1. Citraan penglihatan (visual imegery)
Citraan penglihatan adalah citraan yang
ditimbulkan oleh indera penglihatan (mata). Citraan ini paling sering digunakan
oleh penyair. Citraan penglihatan mampu memberi rangsangan kepada indera
penglihatan sehingga hal-hal yang tidak terlihat menjadi seolah-olah terlihat.
Contoh:
Nanar aku gila sasar
Sayang berulang padamu jua
Engkau pelik menarik ingin
Serupa dara dibalik tirai
(Amir Hamzah, Padamu Jua)
2. Citraan pendengaran (auditory imagery)
Citraan pendengaran adalah citraan yang dihasilkan dengan menyebutkan atau
menguraikan bunyi suara, misalnya dengan munculnya diksi sunyi,
tembang, dendang, dentum, dan sebagainya. Citraan pendengaran berhubungan
dengan kesan dan gambaran yang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga).
Contoh:
Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku
(Chairil Anwar, Sajak Putih)
3. Citraan perabaan (tactile imagery)
Citraan perabaan adalah citraan yang
dapat dirasakan oleh indera peraba (kulit). Pada saat membacakan atau
mendengarkan larik-larik puisi, kita dapat menemukan diksi yang dapat dirasakan
kulit, misalnya dingin, panas, lembut, kasar, dan sebagainya.
Contoh:
Kapuk randu, kapuk randu!
Selembut tudung cendawan
Kuncup-kuncup di hatiku
Pada mengembang bermerkahan
(WS Rendra, Ada Tilgram Tiba Senja)
4. Citraan penciuman (olfactory)
Citraan penciuman adalah citraan yang
berhubungan dengan kesan atau gambaran yang dihasilkan oleh indera penciuman.
Citraan ini tampak saat kita membaca atau mendengar kata-kata tertentu, kita
seperti mencium sesuatu.
Contoh:
Dua puluh tiga matahari
Bangkit dari pundakmu
Tubuhmu menguapkan bau tanah
(WS Rendra, Nyanyian Suto untuk Fatima)
5. Citraan pencecapan (gustatory)
Citraan pencecapan adalah citraan yang
berhubungan dengan kesan atau gambaran yang dihasilkan oleh indera pencecap.
Pembaca seolah-olah mencicipi sesuatu yang menimbulkan rasa tertentu, pahit,
manis, asin, pedas, enak, nikmat, dan sebagainya.
Contoh:
Dan kini ia lari kerna bini bau melati
Lezat ludahnya air kelapa
(WS Rendra, Ballada Kasan dan Patima)
6. Citraan gerak (kinaesthetic imagery)
Citraan gerak adalah gambaran tentang
sesuatu yang seolah-olah dapat bergerak. Dapat juga gambaran gerak pada
umumnya.
Contoh:
Pohon-pohon cemara di kaki gunung
pohon-pohon cemara
menyerbu kampung-kampung
bulan di atasnya
menceburkan dirinya ke kolam
membasuh luka-lukanya
(Abdulhadi, Sarangan)
Selain citraan di atas, ada pula ahli
sastra yang menambahkan jenis citraan lain, yaitu:
1. Citraan perasaan
Puisi merupakan ungkapan perasaan
penyair. Untuk mengungkapkan perasaannya tersebut, penyair memilih dan
menggunakan kata-kata tertentu untuk menggambarkan dan mewakili perasaannya
itu. Sehingga pembaca puisi dapat ikut hanyut dalam perasaan penyair.
Perasaan itu dapat berupa rasa sedih,
gembira, haru, marah, cemas, kesepian, dan sebagainya.
Contoh:
Alangkah pilu siutan angin menderai
Mesti berjuang menghabiskan lagu sedih
Kala aku terpeluk dalam lengan-lenganmu
Sebab keinginan saat ini mesti tewas
dekat usia
(Toto Sudarto Bachtiar, Wajah)
2. Citraan intelektual
Citraan intelektual adalah citraan yang
dihasilkan oleh/ dengan asosiasi-asosiasi intelektual.
Contoh:
Bumi ini perempuan jalang
yang menarik laki-laki jantan dan
pertapa
ke rawa-rawa mesum ini
dan membunuhnya pagi hari
(Subagio Sastrowardoyo, Dewa Telah Mati)
Contoh puisi yang banyak mengandung
citraan terlihat berikut ini.
DUKA CITA
Yang memucat wajahnya
merenungi kelabu dinding kamar
yang ditinggal mati penghuninya
sedang di luar
anjing terdiam
tak melihat kupu terbang
menjatuhkan madu di lidahnya
yang terasa getir
Angin tidak bekerja
ranting pohonan merunduk
menyesali daun kering yang terlepas
waktu perempuan berkerudung hitam
melangkah di atas daunan
berisik, menyayat hati burung
yang pecah telurnya
Tangan-tangan gadis
yang pucat mukanya
diam-diam meronce melati
sambil mengusap air mata
Di ujung desa
jenazah sedang di sucikan
(Kuntowijoyo)
Secara garis besar, puisi kontemporer merupakan bentuk puisi yang berusaha lari dari ikatan
konvensional puisi. Misalnya, Sutardji mulai tidak
mempercayai kekuatan kata tetapi dia mulai berpaling pada eksistensi bunyi dan
kekuatannya. Danarto justru memulai kekuatan garis dalam menciptakan puisi.
Puisi kontemporer tidak hanya terikat pada tema, tetapi juga terikat pada struktur fisik
puisi. Berdasarkan keberadaan puisi
kontemporer ini, bisa diartikan bahwa puisi kontemporer merupakan puisi yang
muncul pada masa kini yang bentuk dan
gayanya tidak mengikuti kaidah-kaidah puisi pada umumnya.
Puisi kontemporer merupakan puisi yang lahir dalam kurun waktu tertentu yang
memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan puisi lainnya.
Puisi kontemporer
juga cenderung menjadi puisi yang lebih mementingkan bentuk grafis
atau fisik (bunyi) untuk mengungkapkan perasaan penyairnya. Disini si penyair
merakit kata-kata sedemikian rupa untuk menimbulkan bunyi yang indah. Demi
tujuan tersebut, penyair kadang-kadang membalikkan kata-kata yang berakibat
mengaburkan makna.
Puisi
kontemporer dipelopori oleh penyair Sutardji Calzoum Bachri. Menurut Sutardji,
dalam puisi kontemporer yang dipentingkan adalah bentuk fisik (bunyi). Ia ingin
mengembalikan puisi pada mantra. Dalam puisi yang ditulisnya, disajikan ulangan
kata, frasa dan bunyi yang menjadi kekuatan puisinya. Puisi-puisi Sutardji
diterbitkan dalam bukunya yang berjudul O, Amuk, Kapak.
§ Tema protes yang ditujukan kepada kepincangan sosial dan dampak
negatif
dari industrialisasi.
§ Tema humanisme yang mengemukakan kesadaran bahwa manusia
adalah
subjek pembangunan dan bukan objek pembangunan.
§ Tema yang mengungkapkan kehidupan batin yang religius dan
cenderung
kepada mistik.
§ Tema yang dilukiskan melalui alegori dan parabel.
§ Tema tentang perjuangan menegakkan hak-hak azasi manusia Perupa perjuangan untuk kebebasan, persamaan
hak, pemerataan,
dan
bebas dari cengkeraman dari teknologi modern.
§ Tema kritik sosial terhadap tindakan sewenang-wenang dari mereka yang menyelewengkan kekuasaan dan
jabatan.
Ciri-ciri Puisi Kontemporer
Puisi bergaya mantra dengan sarana kepuitisan berupa pengulangan kata, frasa, atau kalimat.
Puisi bergaya mantra dengan sarana kepuitisan berupa pengulangan kata, frasa, atau kalimat.
§ Gaya bahasa paralelisme dikombinasi dengan gaya bahasa
hiperbola
dan enumerasi dipergunakan penyair untuk memperoleh
efek
pengucapan maksimal.
§ Tipografi puisi dieksploitasi secara sugestif dan kata-kata nonsens dipergunakan dan diberi makna baru.
§ Kata-kata dari bahasa daerah banyak dipergunakan untuk memberi efek kedaerahan dan efek ekspresif.
§ Asosiasi bunyi banyak digunakan untuk memeroleh makna baru.
§ Banyak digunakan gaya penulisan prosais.
§ Banyak menggunakan kata-kata tabu.
§ Banyak ditulis puisi lugu untuk mengungkapkan gagasan secara polos.
· Unsur-unsur yang menonjol dalam puisi kontemporer ialah :
· 1. unsur bunyi; yaitu penggunaan rima dan repetisi,
· 2. unsur tipografi; yaitu susunan baris-baris atau bait-bait puisi serta
cara penulisan huruf,
· 3. unsur enjambemen; yaitu pemotongan kalimat atau frase pada akhir
baris dan potongan lainnya diletakkan kembali pada baris berikutnya,
· 4. parodi atau unsur kelakar.
Makna Puisi
Kontemporer
Puisi yang baik pasti memiliki makna
walaupun dalam arti yang berbeda-beda. Meski Sutardji menampilkan kata-kata
tanpa makna, ia masih tetap berorientasi kepada makna dalam membawa suasana.
Bagaimanapun juga puisi yang berhasil mesti mempunyai makna, dan pembaca
tidaklah sia-sia jika mencoba mencari makna dalam puisi-puisi kontemporer.
Macam-macam Puisi Kontemporer
1. Puisi Mantra
Puisi mantra dalam puisi kontemporer adalah puisi yang mengambil
sifat-sifat mantra.
Sifat-sifat mantra yang dimaksudkan adalah sebagai berikut :
a. Mantra bukanlah sesuatu yang untuk dipahami. Mantra adalah permainan bunyi
dan bahasa belaka. Mantra harus dilihat dari sudut mantra itu sendiri, dari
sudut dunianya sendiri. Oleh karena itu, soal pemahaman tidak penting. Yang
penting adalah akibatnya belaka.
b. Mantra adalah penghubung manusia dengan dunia misteri.
c. Pentingnya soal efek atau akibat atau kemanjuran. Kemanjuran terletak pada
perintah.
Perhatikan puisi “Shang Hai “ berikut
ini !
Shang Hai
ping di atas pong
pong di atas ping
ping ping bilang pong
pong pong bilang ping
mau pong? bilang ping
mau mau bilang pong
mau ping? bilang pong
mau mau bilang ping
ya pong ya ping
ya ping ya pong
tak ya pong tak ya ping
kutak punya ping
kutak punya pong
pinggir ping kumau pong
tak tak bilang ping
pinggir pong kumau ping
tak tak bilang pong
sembilu jarakMu merancap nyaring
Sutadji Calzoum Bachri, 1973
Sifat-sifat mantra tampak dalam puisi
“Shang Hai” ini, urutan katanya tampak disusun secara cermat. Unsur permainan
bunyi sangat dipentingkan.
Coba Anda nikmati puisi berikut ini !
POT
pot apa pot itu pot
kaukah pot aku
pot pot pot
yang jawab pot
pot pot pot kaukah pot itu
yang jawab pot
pot pot pot kaukah pot aku
pot pot pot
potapapotitu potkaukah potaku
POT
Sutardji
Calzoum Bachri, 1970
Dalam puisi “Pot” urutan kata itu
ditempatkan begitu rapi sehingga membentuk gambar. Maka puisi tersebut sering
disebut puisi grafis karena mementingkan efek visual dari
penyusunan baris puisi.
2. Puisi Mbeling
Puisi mbeling bukan merupakan hasil
karya penyair “mapan”, tetapi kehadirannya mau tak mau kita terima. Seperti
yang dinyatakan Sapardi Djoko Damono “… Harus diakui bahwa puisi jenis ini
telah memberikan sumbangan yang berharga bagi keanekaragaman puisi kita”
(Sapardi Djoko Damono, 1981: 91)
Puisi mbeling muncul pertama kali pada
majalah Aktuil yang terbit di Bandung. Majalah ini menyediakan
lembaran khusus untuk menampung sajak. Oleh pengasuhnya Remy Sylado, lembaran
khusus ini diberi nama “Puisi Mbeling”
Pengertian Puisi Mbeling
Adapun sikap mbeling yang esensial
adalah menjalani hidup dengan jiwa kanak-kanan, yang makna dan pengertiannya
tidak kekanak-kanakan, dan juga tidak kebarat-baratan. Tidak sok serius dalam
menanggapi keadaan, tetapi dalam mereaksi sebuah persoalan, sarat dengan makna.
Ini tidak berarti santai dan tidak berarti tidak peduli pada lingkungan hidup.
Dalam kata lain, puisi mbeling adalah
semacam jeda dari “tradisi” penulisan puisi lirik indonesia, yang tentu saja
dalam cara mengapresiasinya perlu semacam pisau analisis atau wacana lain, yang
berbeda dengan wacana puisi lirik, simbiolisme, surrealisme, dan isme isme yang
lainnya dari berbagai belahan dunia.
Latar Belakang Munculnya gerakan Puisi
Mbeling
Jeihan berkata tentang gerakan puisi
mbeling ini
“ sekali lagi saya tegaskan, bahwa puisi
yang saya tulis pada tahun 1969 merupakan cikal bakal lahirnya gerakan puisi
mbeling. Pada awal tahun 70an, rumah saya di cicadas kerap dijadikan markas
para seniman Bandung yang memang berpikiran nakal-nakal. Mereka antara lain
Remy Sylado, Sutardji Calzoum Bachri, Abdul Hadi WM, Sanento Yuliman dan Wing
Karjo. Pada bulan Oktober 1971, kami dikejutkan oleh Rendra yang membuat
perkemahan kaum urakan di pantai Parangtaritis, Yogyakarta. Untuk mereaksi
gerakan tersebut, lalu kami sepakat membikin gerakan puisi mbeling. Jadi
gencarnya publikasi puisi mbeling itu sendiri merupakan reaksi atas gerakan
kaum urakan yang dikomandani oleh Rendra, pada 16 Oktober 1971”
Sebagai gerakan, apa yang diganyang oleh
gerakan puisi mbeling sebagaimana pernah dikatakan penyair Taufiq Ismail,
ternyata bukan hanya kritik terhadap puisi itu sendiri. Tetapi juga sekaligus
merupakan kritik terhadap majalah sastra horison dan para penyair yang sudah
mapan pada saat itu.
Apresiasi puisi-puisi mbeling Jeihan
Sukmantoro
Pada bagian pertama, akan diulas
bagaimana puisi mbeling Jeihan yang ditulisnya dengan menggunakan kata-kata
sebagai daya ekspresi dari kegelisahan batinnya yang direaksinya secara
main-main, tapi ternyata sungguh-sunguh. Sedangkan pada bagian lain adalah
menikmati puisinya yang menggunakan lambang angka dan lambang huruf.
Ciri Puisi Mbeling ;
a. Ciri utama puisi jenis ini adalah kelakar. Kata-kata
dipermainkan, arti, bunyi, dan tipografi dimanfaatkan untuk mencapai efek
kelakar. Sebagian besar puisi mbeling menunjukkan bahwa maksud penyair sekedar
mengajak pembaca berkelakar saja, tanpa maksud lain yang disembunyikan.
b. Mengandung kritik sosial.
c. Kritik terhadap dominasi lama dalam perekonomian.
d. Ejekan terhadap sikap sungguh-sungguh penyair umumnya dalam menghadapi
puisi.
Taufik Ismail menyebutnya
dengan puisi yang mengkritik puisi.
Perhatikan contoh puisi mbeling berikut
ini !
Sajak Sikat
Gigi
Seorang lupa menggosok giginya sebelum
tidur
Di dalam tidurnya ia bermimpi
Ada sikat gigi menggosok-gosok mulutnya
supaya
terbuka
Ketika ia bangun pagi hari
Sikat giginya tinggal sepotong
Sepotong yang hilang itu agaknya
Tersesat di dalam mimpinya dan tak bisa
kembali
Dan dia berpendapat bahwa kejadian itu
terlalu berlebih-lebihan
Yudhistira
Ardinugraha
3. Puisi Konkret
Puisi konkret yaitu puisi yang
mementingkan bentuk grafis atau tata wajah yang disusun mirip dengan gambar. Di
samping makna yang ingin disampaikan oleh penyair, ia juga ingin memperlihatkan
kemanisan susunan kata-kata dari baris serta bait yang menyerupai gambar
seperti segi tiga, huruf Z, kerucut piala, belah ketupat,segi empat dan
lain-lain.
Puisi konkret sangat terkenal di dunia
perpuisian Indonesia sejak tahun 1970-an. Sutardji Calzoum Bachri termasuk
pelopor juga. Puisi-puisi Sutardji banyak yang dapat dikategorikan puisi
konkret. Puisinya yang berjudul Tragedi Winka dan Sihka (bentuk zig-zag), Q
(mirip sebuah bangunan ), Kucing ( segi empat) termasuk contoh puisi konkret.
Perhatikan puisi konkret Dharma Sari di
bawah ini!
Drama Sebabak
a C a r a C a
o e
w w
o e
C o w o K a n d K e w e k
o o
w w
e o
e o
e o
K
a
u
O w e e e e e k
Puisi konkret yang mirip gambar piala,
yang garis-garisnya diganti dengan sepuluh huruf itu cukup unik juga. Puisi itu
mengedepankan sebuah acara remaja antara cowok dan cewek yang berakhir dengan
saling menuduh; Kau penyebab cewek melahirkan.
4. Puisi
Tanpa Kata
Yaitu puisi yang sama sekali tidak menggunakan kata sebagai alat
ekspresinya. Sebagai gantinya di gunakan titik-titik, garis, huruf, atau
simbol-simbol lain.
5. Puisi
Mini Kata
Yaitu puisi kontemporer yang menggunakan kata dalam jumlah yang sangat sedikit, dilengkapi dengan symbol lain yang berupa huruf, garis, titik, atau tanda baca lain.
Yaitu puisi kontemporer yang menggunakan kata dalam jumlah yang sangat sedikit, dilengkapi dengan symbol lain yang berupa huruf, garis, titik, atau tanda baca lain.
Contoh:
vvvvvvvvvvvvvvvvv
vvvvvvvvvvvvvvvvv
vvvvvvvvvvvvvvvvv
vvvvvvvvvvvvvvvvv
vvvvvvvvvvvvvvvvv
vvvvvvvvvvvvvvvvv
vvvvvvvvvvvvvvvvv
vvvvvvvvvvvvvvvvv
v
! VIVA PANCASILA !(Jeihan)
vvvvvvvvvvvvvvvvv
vvvvvvvvvvvvvvvvv
vvvvvvvvvvvvvvvvv
vvvvvvvvvvvvvvvvv
vvvvvvvvvvvvvvvvv
vvvvvvvvvvvvvvvvv
vvvvvvvvvvvvvvvvv
v
! VIVA PANCASILA !(Jeihan)
6. Puisi
Multi Lingual
Yaitu Puisi kontemporer yang menggunakan kata atau kalimat dari berbagai bahasa, baik bahasa daerah maupun bahasa asing.
Yaitu Puisi kontemporer yang menggunakan kata atau kalimat dari berbagai bahasa, baik bahasa daerah maupun bahasa asing.
Contoh:
MAIN CINTA MODEL KWANG WUNG
Om swastiastu
Kaleo o kane : kahi, elua, ekolu !
Ayolah kamboja terbang
Ayolah burung berjalan
Ayolah gelombang tidur
Ayolah pasangan berpasangan-ayo !
ayo
ayo ayo
-aloha !
kaleo o kane : kahi, elua, ekolu !
kamboja jangan berhenti jadi kamboja
burung jangan berhenti jadi burung
gelombang jangan berhenti jadi gelombang-
jangan ! jangan jangan
jangan
-mahalo !
siang – malam, musnahlah beda kalian
laut – darat, musnahlahh beda kalian
laki – perempuan – musnahlah beda kalian
half Korean, half Chinese, kawaiian American maideu-satus
persen wong lanang jawa yogya – Indonesia.
m u s n a h l a h b e d a k a l i a n
hoong
iblis laknat setan bekasakan
kanioyo temen awakku:
-kangen srengenge mangka awan-awan
-rindu burung padahal di tengah ranjang
-yearning for the waves yet on the ocean(Darmanto Yatman)
Om swastiastu
Kaleo o kane : kahi, elua, ekolu !
Ayolah kamboja terbang
Ayolah burung berjalan
Ayolah gelombang tidur
Ayolah pasangan berpasangan-ayo !
ayo
ayo ayo
-aloha !
kaleo o kane : kahi, elua, ekolu !
kamboja jangan berhenti jadi kamboja
burung jangan berhenti jadi burung
gelombang jangan berhenti jadi gelombang-
jangan ! jangan jangan
jangan
-mahalo !
siang – malam, musnahlah beda kalian
laut – darat, musnahlahh beda kalian
laki – perempuan – musnahlah beda kalian
half Korean, half Chinese, kawaiian American maideu-satus
persen wong lanang jawa yogya – Indonesia.
m u s n a h l a h b e d a k a l i a n
hoong
iblis laknat setan bekasakan
kanioyo temen awakku:
-kangen srengenge mangka awan-awan
-rindu burung padahal di tengah ranjang
-yearning for the waves yet on the ocean(Darmanto Yatman)
7. Puisi
Tipografi
Yaitu puisi kontemporer yang memandang bentuk atau wujud fisik puisi mampu memperkuat ekspresi puisi. Bahkan wujud fisik puisi dipandangg sebagai salahh satu unsure puisi, sebagai suatu tanda yang memiliki makna tertentu, yang tidak terlepas dari keseluruhan makna puisi.
Yaitu puisi kontemporer yang memandang bentuk atau wujud fisik puisi mampu memperkuat ekspresi puisi. Bahkan wujud fisik puisi dipandangg sebagai salahh satu unsure puisi, sebagai suatu tanda yang memiliki makna tertentu, yang tidak terlepas dari keseluruhan makna puisi.
Contoh:
MAUT
dia diamdiam diamdiam dia dia diamdiam diamdiam dia
diamdiam dia dia diamdiam diamdiam dia
dia diamdiam diamdiam dia
dia diamdiam
diamdiam
maut(Ibrahim Sattah)
dia diamdiam diamdiam dia dia diamdiam diamdiam dia
diamdiam dia dia diamdiam diamdiam dia
dia diamdiam diamdiam dia
dia diamdiam
diamdiam
maut(Ibrahim Sattah)
8. Puisi
Supra Kata
Yaitu puisi kontemporer yang menggunakan kata-kata konvensional yang dijungkir-balikkan atau penciptaan kata-kata baru yang belum pernah ada dalam kosakata bahasa Indonesia. Puisi macam ini lebih mementingkan aspek bunyi dan ritme, sehingga merangsang timbulnya suasana magis (cenderung sebagai puisi mantra).
Yaitu puisi kontemporer yang menggunakan kata-kata konvensional yang dijungkir-balikkan atau penciptaan kata-kata baru yang belum pernah ada dalam kosakata bahasa Indonesia. Puisi macam ini lebih mementingkan aspek bunyi dan ritme, sehingga merangsang timbulnya suasana magis (cenderung sebagai puisi mantra).
Contoh:
PUISI JAMAN BAHARI
GIRISA
Ya meraja jaramaya
Ya marani niramaya
Ya silapa palasiya
Ya mirado rodamiya
Ya midosa sadomiya
Ya dayuda dayudaya
Ya siyaca cayasiya
Ya sihama mahasiya(Sides Sudyarto DS)
GIRISA
Ya meraja jaramaya
Ya marani niramaya
Ya silapa palasiya
Ya mirado rodamiya
Ya midosa sadomiya
Ya dayuda dayudaya
Ya siyaca cayasiya
Ya sihama mahasiya(Sides Sudyarto DS)
9. Puisi
Idiom Baru
Puisi macam ini dibedakan dengan puisi konvensional terutama oleh penggunaan idiom-idiom baru yang terdapat didalamnya. Puisi idiom baru tetap menggunakan kata sebagai alat ekspresinya, tetapi kata tersebut dibentuk dan diungkapkan dengan cara baru, diberi nyawa baru. Digunakan idiom-idiom baru yang belum pernah dijumpai sebelumnya.
Puisi macam ini dibedakan dengan puisi konvensional terutama oleh penggunaan idiom-idiom baru yang terdapat didalamnya. Puisi idiom baru tetap menggunakan kata sebagai alat ekspresinya, tetapi kata tersebut dibentuk dan diungkapkan dengan cara baru, diberi nyawa baru. Digunakan idiom-idiom baru yang belum pernah dijumpai sebelumnya.
Contoh:
Jadi
tidak setiap derita
jadi luka
tidak setiap sepi
jadi duri
tidak setiap tanda
jadi makna
tidak setiap tanya
jadi ragu
tidak setiap jawab
jadi sebab
tidak setiap seru
jadi mau
tidak setiap tangan
jadi pegang
tidak setiap kabar
jadi tahu
tidak setiap luka
jadi kaca
memandang Kau
pada wajahku !(Sutardji Calzoum Bachri)
tidak setiap derita
jadi luka
tidak setiap sepi
jadi duri
tidak setiap tanda
jadi makna
tidak setiap tanya
jadi ragu
tidak setiap jawab
jadi sebab
tidak setiap seru
jadi mau
tidak setiap tangan
jadi pegang
tidak setiap kabar
jadi tahu
tidak setiap luka
jadi kaca
memandang Kau
pada wajahku !(Sutardji Calzoum Bachri)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar